Mohon tunggu...
ALEXANDRE MEZIWASOKHI HONDRO
ALEXANDRE MEZIWASOKHI HONDRO Mohon Tunggu... Mahasiswa - calon sarjana

hidup kadang tidak adil

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bioremediasi sebagai Teknologi Perbaikan Lingkungan dari Pencemaran Minyak Bumi

11 Juni 2022   13:13 Diperbarui: 11 Juni 2022   13:23 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lingkungan merupakan komponen penting yang meliputi segala aspek kehidupan makhluk bumi berada. Kelestariannya menjadi kunci kesejahteraan terhadap segala hal yang akan terjadi kedepannya. Lingkungan yang terjaga akan menciptakan ekosistem yang seimbang sehingga daur kehidupan akan terus terjaga. Sebaliknya, lingkungan yang tercemar dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem akibat rusaknya salah satu faktor seperti pencemaran limbah di tanah, air, dan udara. Pencemaran ini dapat berefek dengan matinya hewan, tanaman, mikroorganisme, hingga manusia. Sehingga perlu adanya penanganan apabila pencemaran telah terjadi secara disengaja maupun tidak.

Pencemaran merupakan terjadinya perubahan keadaan yang berbeda dari sebelumnya mengarah pada keadaan yang lebih buruk. Perubahan ini umumnya diakibatkan oleh kontaminasi berbagai bahan polutan bersifat racun. Sifat inilah yang menjadikan kehidupan makhluk hidup baik mikro maupun makro terancam keberadaannya hingga menyebabkan kerusakan parah bahkan kematian. Selain itu, sifat racun dari polutan adalah faktor utama dari munculnya pencemaran.

Sumber bahan polutan terdiri dari dua macam yakni domestik dan non domestik. Sumber polutan domestik berasal dari limbah rumah tangga, pasar, fasilitas kesehatan, dan lain sebagainya. Sedangkan sumber polutan non demestik berasal dari limbah industri, pertanian, peternakan, perikanan, pabrik, dan lain sebagaikan. Untuk bentuknya, pencemaran bukan hanya berbentuk cair dan padat saja, namun juga berbentuk gas hingga kebisingan Bahan polutan yang dapat menjadi permasalahan akibat pencemarannya meliputi tanah dan air  salah satunya adalah minyak bumi.

Pencemaran oleh minyak bumi umum terjadi di sekitar kilang minyak tetapi bisa juga akibat kecelakaan lalu lintas laut yang menyebabkan minyak bumi menyebar ke perairan hingga pinggir pantai. Dampaknya membuat ekosistem rusak, makhluk hidup seperti ikan dan mikroorganisme lainnya mati, dan juga pemanfaatan tanah dan air menjadi tidak bisa digunakan sama sekali. Hal ini dikarenakan limbah minyak tergolong limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).  Maka, diperlukan penanggulangan tepat terhadap pencemaran ini agar penyebaran dan juga resapan minyak tidak menjangkau lebih jauh hingga mencapai air tanah.

weew-png-62a42db3fca4e449956f6052.png
weew-png-62a42db3fca4e449956f6052.png

Sumber: Mongabay.co.id

Bioremediasi adalah solusi yang tepat dan efektif dari pencemaran limbah minyak dengan menggunakan bantuan mikroorganisme pengurai hidrokarbon atau sejenisnya. Bioremediasi termasuk kedalam bagian bioteknologi yang terus dikembangkan hingga sekarang untuk memecahkan masalah lingkungan selain dikenal untuk bidang pertanian saja. Konsep bioremediasi sudah muncul pada abad-19, saat itu digunakan sebagai pengelolaan dan pengolahan limbah industri, limbah padat, dan perkotaan saja. Seiring waktu, penggunaannya lebih meluas dengan melibatkan mikroorganisme yang lebih beragam. Uniknya, bioremediasi akibat limbah minyak bumi baru digunakan 30 tahun terakhir ini.

Prinsip kerja dari penggunaan mikroorganisme adalah organisme tersebut akan mengeluarkan enzim yang berguna dalam degradasi bahan polutan bersifat kompleks menjadi non kompleks dan mengubahnya menjadi metabolit non toksik. Hasil akhir dari pendegradasi tersebut  berupa karbondioksida, air dan energi. Mikroorganisme yang digunakan terdiri dari ganggang, plankton, bakteri, dan lainnya seperti pseudomonas, Rhodococcus, Konsorsium mikroba strain bakteri, mikroba rhizosfer, Acinetobacter, Myroides, Bacillus, Eurotiomycetes, Saccharomycetes, dan Sordariomycetes.

Selain mikroorganisme, pemanfaatan senyawa juga digunakan dalam bioremediasi seperti aseton, alkohol, BTEX (benzen, toluen, ethyl benzen dan xylene), Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAHs), Klorobenzen, Nitro, Klorofenol, dan ada juga pestisida. Apabila menggunakan tanaman, bioremediasi ini dikenal sebagai fitoremediasi. Fitoremediasi dikenal juga efektif karena tanaman memiliki kemampuan dalam degradasi bahan polutan dan interaksi eksudat akar dengan mikroorganisme tanah dan air.

Sumber : Eticon.co.id
Sumber : Eticon.co.id

Perbaikan melalui bioremediasi mengutamakan beberapa faktor penting dalam prosesnya yakni lokasi pencemaran mesti dikenal dengan baik, jenis dan konsentrasi tumpahan minyak, serta luas sebarannya. Pada bioremediasi akibat limbah minyak bumi maka mikroorganisme yang digunakan adalah Pseudomonas putida B-2187 dan Rhodococcus erytropolis Ac-859. Bakteri ini sangat efektif dalam menguraikan polutan berbahan minyak bumi dengan memanfaatkan hidrokarbon alifatik dan aromatik sebagai substrat pertumbuhan. Secara perlahan tetapi bertahap, konsentrasi polutan akan mengalami penurunan signifikan pada tahun pertama dan kemudian melambat setelah setahun kemudian akibat jalannya pendegradasian melambar dari hidrokarbon dengan berat molekul tinggi. Ikatan hidrokarbon dengan kepekatan tinggi oleh kontaminasi minyak bumi di  tanah menyebabkan penurunan oksigen bila dibandingkan tanah non  adsorben.

Ada dua cara pelaksanaan bioremediasi yakni in situ dan ex situ. In situ berarti areal terkontaminasi akan digali dan diolah disitu juga yang terdiri dari Natural attenuation, fitoremediasi, bioventing, bioaugmentasi dan biosparging. Sedangkan ex situ, bagian yang terkontaminasi akan dipindahkan ketempat lain yang tidak tercemar yang terdiri dari ioreaktor, landfarming dan vermicomposting.

 Dari kedua cara itu terdapat perbedaan yang nampak yakni lokasi pelaksanaan dan biaya. Biaya dengan cara ex situ lebih mahal dibanding in situ  karena membutuhkan biaya untuk penggalian dan transportasi.  Namun, cara ini lebih efektif dalam perbaikan karena dapat digunakan pada berbagai polutan secara terkendali. Bukan berarti in situ kurang bagus, caranya juga sama efektif  tetapi untuk mengendalikan areal terkontaminasi dan penggambarannya kurang baik.

Dari keseluruhan teknik bioremediasi memiliki perbedaan berdasarkan hasil dan polutan yang mengkontaminasi lingkungan. Seperti tingkat pelarutannya, waktu pelaksanaan, kelebihan dan kekurangan, dan juga agen yang digunakan berupa mikroorganisme atau tanaman.  Perbedaan tersebut tidak menjadikan bioremediasi sebagai cara memperbaiki lingkungan yang telah tercemar. Alih-alih dijadikan sebagai pemilihan yang sangat tepat karena efektifitasnya lebih optimal dibanding teknik atau teknologi lainnya.

Dengan demikian, bioremediasi hadir sebagai jawaban tepat dan efektif untuk menekan pencemaran minyak bumi dengan melibatkan mikroorganisme pengurai hidrokarbon. Pemanfaatan mikroorganisme ini merupakan teknologi yang dihadirkan untuk mengatasi permasalahan lingkungan secara aman dan ramah lingkungan. Serta, bioremediasi merupakan bagian dari bioteknologi yang terus berkembang dari masa ke masa dan menjadi harapan utama dalam menjaga lingkungan dari berbagai kerusakan oleh bahan polutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun