Mohon tunggu...
Alexander Sugiharto
Alexander Sugiharto Mohon Tunggu... Pengacara - Chairman and Founder dari Indonesian Legal Study for Crypto Asset and Blockchain (IndoCryptoLaw)

Penulis dari Buku berjudul Blockchain dan Cryptocurrency: Dalam Perspektif Hukum di Indonesia dan Dunia (2020) dan Buku berjudul NFT dan Metaverse: Blockchain, Dunia Digital dan Regulasi (2022). (buku tersedia di google playbook)

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency Artikel Utama

Dampak Sistemik Luna dan UST pada Ekosistem Pasar Aset Kripto

19 Mei 2022   12:50 Diperbarui: 22 Mei 2022   01:09 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Terra Luna| Terra Luna via Kompas.com

Tipping Poin dari kepanikan Pasar Aset Kripto adalah pada saat Stablecoin UST kehilangan nilai stabilnya (USD pegged) dari level $1 terjun ke level $0.756 lalu terjun bebas lagi ke level $ 0.290 dan berakhir mengenaskan di level terendah dan mustahil untuk diselamatkan pada level $0.0903. 

Keadaan yang lebih mengenaskan lagi adalah di mana pada saat investor menaruh harapan pada Aset Kripto stablecoin, namun disaat yang bersamaan investor mengalami kerugian yang sangat masif. 

Ditambah lagi, nilai Aset Kripto Luna yang terus merosot yang membuat kerugian investor menjadi 2x lipat. Lalu bagaimana ini semua dapat terjadi? mari kita bahas satu per satu.

Sedikit Pembahasan tentang Terra, Luna & UST 

Terra adalah sebuah nama jaringan lockchain yang memiliki ekosistem terdesentralisasi yang awal penggarapannya dimulai pada tahun 2018 oleh Terraform Labs. 

Pendiri dari Terraform Labs adalah Do Kwan yang merupakan lulusan universitas ternama di Amerika Serikat serta pernah bekerja untuk Apple dan Windows dan Daniel Shin atau lebih dikenal dengan nama Shin Hyun-sung yang merupakan Co-Founder dan CEO dari Ticket Monster. 

Kolaborasi maut dari kedua Founder dan Co-Founder yaitu dengan meluncurkan proyek Aset Kripto Luna dan UST yang pada saat itu menjadi sangat populer. 

Berdasarkan dari situs Crunchbase.com, beberapa investor dan Venture Capital kelas paus dan kakap juga turut mendukung proyek ambisius ini. Nama besar seperti Binance (Market Place Cryptocurrency terbesar di dunia), Dunamu (Pemilik dari Upbit yang merupakan Exchanger ternama di Korea Selatan), Huobi Capital (Exchanger terbesar dari Cina), OKEx (Exchanger ternama dari Korea Selatan) dan Coinbase Venture (Exchanger pertama di dunia dan ternama di Amerika Serikat). 

Dengan total seluruh pendanaan yang pernah masuk ke kantong Terraforms Labs dan Luna Foundation Guard (LFG) sebesar $58M.

Pada masa kejayaannya, Terraform Labs telah berhasil mengembangkan jaringan blockchain yang memiliki algoritma Stablecoin yang di mana $100 Aset Kripto Luna yang dibakar (burn) dapat menciptakan $100 UST (stablecoin), dan sebaliknya $100 UST yang dibakar (burn) akan menciptakan $100 Aset Kripto Luna. 

Jadi singkatnya stablecoin yang dibuat tersebut didukung (backed-asset) Aset Kripto Luna. Namun disinilah awal mula kekacauan tersebut terjadi dan menciptakan Death Spiral (Pusaran Maut) yang tidak berujung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun