Mohon tunggu...
Robby Alexander Sirait
Robby Alexander Sirait Mohon Tunggu... lainnya -

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." -Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Celoteh Anak Negeri (1) : mungkin saya yang sesat pikir dan gagal paham?

2 Februari 2015   21:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:56 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

B eberapa hari silam saya mendengar perbincangan lebih dari tiga orang yang membincangkan kabar yang menggemparkan nitizen tentang foto ketua KPK RI, Abraham Samad, diranjang bersama istri keduanya.  Perbincangan mulai dari foto yang sotosop hingga wajar atau tidaknya samad beristri dua.  Saya tidak begitu tergelitik dengan itu foto asli apa tidak, tetapi saya lebih tergelitik pada ucapan salah seseorang yang terlibat pembicaraan yang mengatakan "Tapi gue sepakat, selama dia gak korupsi,  dia mau selingkuh,  urusan seksual dia, jadi urusan pribadinya, asal tidak merugikan publik".  Saya tergelitik dengan kata-kata "asal tidak korupsi" dan "dia mau selingkuh, urusan sensual dia, jadi.... ". Untuk kata "dia mau selingkuh, urusan seksual dia,  jadi.... ", jika itu bener perselingkuhan maka hal tersebut bertentangan dengan statement samad yang mengatakan bahwa penyebab korupsi adalah ketamakan, serahkan dan hidup poya-poya. Punya selingkuhan adalah keserakahan atas Anita padahal sudah punya satu istri yang sah. Tinggal diapartemen dan si perempuan punya rekening 4 miliar  (kalau gossip itu benar) adalah gambaran ketamakan dan hidup poya-poya. Nah kalau itu benar adanya maka penyebab korupsi yang terujar dari mulut samad dilakukan sendiri olehnya.  Inilah yang membuat saya tergelitik. Tergelitik pada penerimaan orang yang berkata asal tidak korupsi, samad selingkuh it's oke ga masalah padahal bertentangan dengan teori samad tentang "penyebab korupsi adalah ketamakan, serakah dan poya-poya ". Padahal, selingkuh adalah tindakan berbohong dan mendustai hubungan sakral pernikahan menurut agama apapun. Bayangkan yang sesakral itu saja bisa dibohongi dengan gampang,  apalagi rakyat yang haus aksi-aksi pemberantasan korupsi pasti San fat gampang dilakukan. Untuk kata "asal tidak korupsi" tergelitik karena kata-kata ini menggambarkan sifat permisif atas segala tidak tanduk samad asal tidak korupsi adalah wajar dan sah-sah saja. Jika saya menghubungkan dengan berita pertemuan samad dengan elit PDI Perjuangan sebelum pilpres untuk wujudkan syahwat politik kekuasaan, inilah yang membuat saya tergelitik. Masih permisif kah?. Jika pemberitaan itu benar, saya masih berkeyakinan itu benar karena samad tidak berani melaporkan pencemaran nama baik atas berita itu, maka orang tersebut pasti akan berkata "selama tidak korupsi, samad mau ketemu elit politik manapun untuk urusan sahwat politiknya itu wajar dan sah-sah saja.  Hal ini yang menggelitik saya, seolah-olah semua tindak tanduk samad asal tidak korupsi diberikan sikap yang permisif. Padahal kalau itu benar maka samad sudah melanggar etika profesinya dan menggunakan kuasa penegakan hukum ditanggannya untuk sahwat politiknya. Pertanyaannya adalah saya yang sesat pikir dan gagal paham atau orang tersebut?.  Atau apa yang terucap dari orang tersebut merupakan bukti atas fenomena permisif orang Indonesia terhadap semua tindak-tanduk tokoh pujaannya (cinta buta)!! atau memang bangsa ini sudah tidak menggunakan raaionalitasnya untuk menyikapi satu hal. Mungkin saya yang sesat pikir dan gagal paham.  Terlepas siapa yang sesat pikir sebenarnya, yang terpenting adalah mari kita #SaveKPK bukan #SaveSamad untuk Negeri yang lebih baik.  (RAS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun