Toleransi bagai sebuah orkestra yang terdiri dari berbagai instrumen musik. Masing-masing alat musik memiliki suara yang berbeda, namun ketika dimainkan bersama dengan harmoni, mereka menciptakan melodi yang indah.Â
Begitu pula dalam kehidupan, meskipun kita memiliki perbedaan, baik itu dalam agama, budaya, atau pandangan, kita harus belajar untuk saling menghargai dan bekerja sama. Seperti seorang konduktor yang mengatur tempo dan keseimbangan, toleransi mengajarkan kita untuk menemukan keselarasan di tengah perbedaan, sehingga kehidupan bersama menjadi lebih damai dan penuh warna.
Saat memulai perjalanan kami, tercipta dua buah tujuan. Pertama untuk mempelajari dan mengalami secara langsung tentang lika-liku kehidupan agama Islam. Kedua untuk memperkuat rasa penghargaan terhadap budaya Indonesia, mempererat sikap Toleransi.Â
Pada akhirnya, kedua tujuan tersebut tercapai. Tetapi, bukan sepenuhnya karena belajar tentang kebudayaan lain, namun sambutan yang hangat dari pondok pesantren, berbincang bersama para Santriwan/Santriwati, menghidupi kehidupan mereka, semua hal yang telah saya alami membuka mata saya untuk melihat dunia yang lebih luas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H