Ada seorang pengembara yang sudah lama tak menumpangi kereta, dia sendirian dan di tengah keramaian. Keretanya melesat cepat menempuh sang waktu yang terus bergerak, hamparan sawah, ladang, sungai beberapa jembatan dan rumah-rumah tepian bantaran rel menjadi sorotan selama perjalanan. Kanan, kiri depan ,belakang bangku kosong namun hatinya penuh kerinduan.Â
Keretanya melesat kencang sangat kencang hingga sang rindu membawa dia tertidur pulas memimpikan kekasihnya.Â
Keretanya melesat kencang sorot matahari membangunkan dia hatinya berdebar-debar menuruni gerbong menghirup udara segar kota yang padat.Â
Keretanya melesat kencang sang waktu mengizinkan dan sang semesta menyatukan pasangan kekasih itu di suatu tempat yang sudah mereka janjikan, mereka sama-sama pengembara, pengembara yang harus menyelesaikan tugas dan cita-citanya, itu keyakinan mereka dan keyakinan mereka mengakatakan Pengembara selalu punya rumah untuk pulang.Â
Kita adalah rumah dan sang pengembara adalah kitaÂ
~Niny
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H