Lalu, gimana dengan suatu kasus suicide yang disiarkan secara live di media sosial?
Kalau menurut ahli sosiolog, pelaku (merujuk pada orang yang melakukan suicide live di media sosial) merupakan segelintir orang yang dapat dikatakan gagal dalam menyikapi atau merespon kehadiran perkembangan teknologi. Banyak dari kita (mungkin ga semua ya) yang belum "dewasa" secara emosional dalam menyikapi perkembangan teknologi.
Agar dapat mengetahui kedewasaan emosi pada seseorang, ada tahapannya. Pertama, mampu memahami diri sendiri dan tau apa kelemahan yang kita miliki; kedua, mampu mengendalikan diri dan tau pada batasannya; ketiga, mampu memahami orang lain.
Kalau diliat-liat dari tahapannya masyarakat kita ini baru sampai pada tahapan pertama, sehingga Ketika dihadapi pada perkembangan teknologi yang mereka inginkan hanyalah pamer atau flexing. Bisa jadi flexing foto selfie liburan, kekayaan, atau bahkan flexing aksi suicide.
Kalau dipikir-pikir (ya walau gak dipikir banget) dengan melakukan aksi tersebut secara melalui media sosial, berarti mereka sebenarnya masih butuh diketahui oleh orang lain (bisa dibilang ingin dianggap eksistensinya (udah kayak demit, damn)).
Apa yang dapat dilakukan secara sosiologis dalam menekan trend suicide dalam kalangan Masyarakat (terutama anak muda) pada era digital?
Ingat~, suicide itu terjadi Ketika mereka tidak mampu berinteraksi atau terasingkan dari lingkungannya. Maka, lingkungan sekitar seperti keluarga, lingkungan sekolah atau Pendidikan, tempat kerja juga harus peka terhadap perubahan perilaku seseorang (pantau saja tak perlu yang gimana-gimana).
Mereka yang akan melakukan trend suicide tidak mungkin spontan (uhuy), pasti ada proses didalamnya. Contoh? Temen kalian yang terlihat tak doyan makan (kalo emg lagi diet beda lagi), sering merenung atau mengurung diri (tapi kalo lagi meditasi jangan diganggu), atau tidak bisa istirahat nyenyak (insom mungkin).
Gejala barusan harus segara ditangkap oleh kita disekitarnya agar bantuan dapat diberikan sedini mungkin. Sebab, jika mengalami setress ringan dibiarkan bisa berujung pada depresi. Hal ini dapat berkelanjutan yang berujung pada perilaku yang tidak dapat dikendalikan.
Jadi initnya ketika kita melihat teman atau sanak sodara atau bagian dari keluarga kita yang mempunyai masalah depresi atau ingin bercerita, yaa dengarkan saja. Hal tersebut sudah cukup untuk mereka dalam mengurangi beban masalahnya.
Byee~~