Mohon tunggu...
Alexander Ferdi
Alexander Ferdi Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gambler's Fallacy Sang Penjudi

26 September 2023   09:22 Diperbarui: 26 September 2023   09:40 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya, jadi bagi yang belum membaca, sila baca tulisan sebelumnya.

Disclaimer ya puh-sepuh, Bukan untuk memperbaiki cara bermain!!!

Ibaratkan lagi maen bakarat dengan lima putaran, putaran pertama banker menang, kedua player menang, ketiga banker menang lagi, keempat "tiger tie" ( kemungkinan keluar paling kecil), dan yang kelima. The question, menurut kalian mungkin tidak putaran kelima "tiger tie" keluar (?) mungkin menurut kalian karena digiliran keempat ini udah keluar, tidak mungkin giliran kelima bakal "tiger tie" lagi (Impossible).

Kenapa(?) karena pada putaran keempat sudah keluar. Inilah yang disebut sebagai Gambler's Fallacy. Jadi gini, hal tersebut merupakan penyimpangan dalam judgment, yang terjadi Ketika individu memliki keyakinan bahwa, kalau sesuatu yang terjadi secara berturut-turut dinilai menyimpang dari kebiasaan, maka kemungkinan untuk hal itu terjadi lagi pada masa berikutnya akan lebih kecil dari probabilitas yang sebenarnya.

Sebaliknya sesuatu yang tidak muncul atau tidak terjadi seperti biasanya, individu meyakini bahwa, probabilitas untuk muncul pada saat berikutnya menjadi lebih besar dari probabilitas yang sebenarnya. Kita ibaratkan lagi ya~~ anggap saja kita lagi maen judi koin sama kalian dan ini giliaran ke-15 dan sementara disetiap putaran itu, di ke-14 sebelumnya yang keluar itu selalu angka.

Sekarang pertanyaannya, giliran ke-15 berapa probabilitas bahwa, gambar yang akan muncul. Misalnya kalian menjawab 0,5% atau 50% kalau kalian berpikir untuk bermain judi, hentikan!! sekarang. Kenapa(?) jadi dalam ilmu MTK ada namanya "law of last number" atau "hukum bilangan besar".

Ketika nilai harapan adalah 0.5 , maka nilai ini tidak akan bisa kita dapatkan dalam samples yang sedikit. Ketika yang dilempar ke-14 itu yang angka, maka untuk hasil yang ke-15 itu tidak berkaitan sama sekali dengan 14 percobaan sebelumnya, karena belum ada pembentuk sama sekali. Karena mengacu sama 15 kali percobaan, maka dalam hukum bilangan besar ini tidak bisa dijadikan sampel.

Bagaimana nilainya bisa mendekati nilai harapan atau nilai keinginan para sepuh di 0,5 ini, maka jumlah percobaannya harus ditambah (+). Ditambah jadi berapa(?) misalnya 100, dalam 100 percobaan ternyata kita mendapatkan 55 : 45. Berarti untuk mendekati 0,5; harus nambah lagi jadi 1000, Ketika bertambah lagi jadi 10.000, maka nilai yang bis akita dapatkan dari 10.000 percobaan ini atau bahkan lebih, itu akan semakin mendekati 0,5 tersebut.

Tapi kalian butuh kalau pakai hukum bilangan besar, dibutuhkan sampel yang sangat-sangat banyak sekali dan semakin banyak maka nilainya akan semakin mendekati nilai harapan tersebut (bukan semakin didepan ya). Itulah yang sering mengecoh para puh-sepuh dan contoh paling simple, ibaratkan kita asumsikan kita bermain game yang katanya 50 : 50, anggap saja hal itu benar.

Karena berpikir game ini kesempatannya 50% berarti kemungkinan untuk menang gede bet gede, kalau secara simple kita piker seperti itu, ya memang besar kemungkinan kalian menang 50%. Tapi kalian harus sadar kemungkinan kalah juga 50% yang mana bukan angka yang "kecil".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun