Gambar merupakan sebuah elemen penting dalam sebuah film. Keberadaan gambar diawali pada jaman prasejarah, dan bukti yang memperkuat hal itu adalah narasi dalam bentuk gambar yang sudah ada gua-gua manusia purba yang dipekirakan sekitar 40.000 tahun yang lalu. Gambar dapat menjadi sebuah film ketika bergerak dengan ataupun tanpa suara, maka dari itu film juga merupakan sarana komunikasi karena didalam film terdapat pesan-pesan yang akan disampaikan terhadap khalayak dengan medium yang beragam.
Â
Gambar bergerak diawali dari zoetrope, yang diperkenalkan oleh William George Horner pada tahun1834 dalam daedalum atau daedatelum yang akhirnya dipatenkan pada tahun 1867. Zoetrope merupakan sebuah perangkat animasi pra-film yang menciptakan ilusi gerakan dengan menampilkan serangkaian gambar atau foto yang awalnya menampilkan gambar kuda dan  menunjukan tahapan progresif dari gerakan melalui cara menumpukkan gambar-gambar ke sebuah roda.
Indonesia sendiri memiliki seni gambar bergerak yaitu wayang kulit yang sudah dikenal sejak 1.500 sebelum Masehi. Wayang kulit adalah sebuah seni bertutur dan bercerita tentang kisah-kisah kerajaan yang didalamnya mengandung pesan dan moral (Vita, 2022). Dalam wayang kulit membutuhkan seorang dalang yang piawi dalam menyampaikan cerita dan menirukan suara dari para tokoh wayang yang ditampilkan. Pertunjukan wayang kulit merupakan hiburan gambar bergerak dengan pewayangan dan membutuhkan lampu blencong yang berfungsi menegaskan bayangan dari wayang serta diiringi dengan alunan suara sinden dan musik gamelan yang melengkapi cerita yang dibawakan.
Gambar bergerak di Indonesia pertama kali dibawa oleh orang-orang Belanda pada masa pejajahan tahun 1900 yang awalnya dipertunjukan hanya pada orang-orang Eropa dan elit-elit pribumi atau priyayi di wilayah Hindi Belanda sebagi hiburan. Sepuluh tahun kemudian (1910) muncul bioskop oleh para pedagang Tionghoa di area Batavia. Perusahaan film pertama di Indonesia tepatya di Bandung yang didirikan pada tahun 1926 yang dimiliki oleh orang Belanda L. Hueveldop dan orang Jerman G. Kruger yang diberi nama NV Java Film Company (Wibowo, 2019). Perusahaan film ini mengeluarkan film bisu pertama mereka dengan judul Loetoeng Kasaroeng (1926). Pada tahun 1921-1971 munculah tokoh penting didunia perfilman Indonesia dan dikenal sebagai Bapak Perfileman Indonesia yaitu Usmar Ismail yang mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini, 1950) dan pada tahun 1917-1970 Djamaluddin Malik atau Bapak Industri Film Indonesia dan penggagas Festival Film Indonesia yang mendirikan Perseroan Artis Indonesia (Persari, 1951).
Perkembangan teknologi  tentunya mempengaruhi perkembangan film dimana awalnya film yang ada tanpa suara dan  hitam putih. Film dengan suara dimulai pada tahun 1920-an dan film berwarna pada tahun 1930-an walaupun pada saat itu film hitam putih masih sangat popular (Vita, 2022). Pada tahun 1915 muncul film tiga dimensi atau 3D namun kepopuleran dari film tiga dimensi ini dimuali pada 1950-an tentu dengan segala keterbatasan dan kekurangannya yang membuat para penonton pusing dan para crew film yang kesulitan dalam Teknik gambar dan perfilmannya dengan teknologi yang ada saat itu. Pada tahun 1980 sampai 1990-an IMAX dan Disney memiliki peran besara dalam mempopulerkan film tiga dimensi yang akhirnya film tiga dimensi mulai eksis lagi di era 2000-an dengan hadirnya film Avatar (2009) lalu kemudian menurun lagi.
Perkembangan teknologi juga mempengaruhi produksi special effect dalam film. Salah satu perkembangan yang cukup signifikan adalah adanya Computer-generated imagery atau yang biasa disebut CGI dan film yang disebut pertama kali menggunakan teknologi CGI adalah film Westworld (1973) yang disutradarai oleh Michael Crichton.
Daftar Pustaka
Astuti, R.A.V. (2022). Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H