Mohon tunggu...
alexander christian
alexander christian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Let's Start it

Selanjutnya

Tutup

Film

Kamila Andini: Auteur Indonesia yang Membawa Representasi Perempuan

27 September 2021   15:54 Diperbarui: 27 September 2021   16:08 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film merupakan rangkaian gambar hidup. Biasa disebut juga dengan movie atau sinema.

Film sekarang ini menjadi media hiburan yang cukup populer dimasyarakat, karena membawa rangkaian audio dan visual. Dimana rangkaian tersebut berubah menjadi sebuah cerita atau peristiwa yang menjadi sarana hiburan bagi masyarakat.

Tak hanya audio dan visual, orang-orang yang berada di balik pembuatan film juga memiliki peran penting. Salah satu contohnya adalah Sutradara.

Jika berbicara tentang sutradara. Banyak sutradara yang memasukan gagasannya kedalam film yang mereka buat. Dimana hal ini menciptakan ciri khas dalam setiap karya filmya.

Hal ini disebut juga dengan teori auteur. 

Apa itu teori auteur?

Teori ini pertama kali muncul di Prancis pada tahun 1940-an, dan Andrew Sarris kritikus film Amerika yang memberi julukan tersebut. Dimana teori ini adalah hasil dari teori sinematik Andr Bazin dan Alexandre Astruc.

Teori auteur merupakan teori dimana sutradara dipandang sebagai kekuatan kreatif utama dalam sebuah film.

Teori ini digunakan untuk menggambarkan bahwa sutradara auteur umumnya memiliki gaya khas dari film ke film serta sering mengisi peran lain selain mengarahkan, termasuk seperti menulis, mengedit, bahkan kadang bertindak dalam film mereka sendiri.

Auteur Indonesia

Jika berbicara tentang auteur, di Indonesia memiliki sutradara-sutradara auteur, salah satu contohnya adalah Kamila Andini.

Kamila Andini seorang sutradara perempuan, yang juga merupakan anak dari sutradara terkenal Garin Nugroho, mulai dikenal di dunia perfilman Indonesia ketika menyutradarai film The Mirror Never Lies (2011) / Laut Bercermin (2011)

Film tersebut berhasil mendapatkan dua Piala Citra pada Festival Film Indonesia 2011, serta beberapa Festival Film Internasional seperti Cinemainila dan Asia Pasific Screen Awards.

Selain itu, Kamila Andini juga menyutradarai film-film lain seperti Sendiri Diana Sendiri (2015), Sekar (2018), dan Yuni (2021)

Film-film karya Kamila Andini ini tentu mencapai keberhasilan dengan adanya campur tangan atau keterlibatan langsung dirinya kedalam film garapannya.

Kamila Andini dianggap masuk sebagai sutradara auteur karena Ia selalu merepresentasikan wanita dalam setiap karya-karya filmnya.

Kamila Andini merepresentasikan perempuan dalam setiap filmnya karena memang memiliki concern untuk kesetaraan perempuan

Seperti dikatakan oleh Kamila Andini dalam wawancara yang dimuat dalam CNN Indonesia (22 April 2017) 

"Kebutuhan perempuan dan laki-laki berbeda secara biologis. Soal hak, suara, dan pilihan saya ingin perempuan punya hak yang sama, pilihan yang sama, dan suara yang sama dengan laki-laki"

Seperti Film The Mirror Never Lies (2011), dan Sendiri Diana Sendiri (2015) keduanya memiliki kesamaan dalam merepresentasikan perempuan.

Kesamaan dalam kedua filmnya itu terlihat baik secara elemen naratif, maupun elemen artistik. Elemen naratif disini mencakup pola narasi cerita yang dipakai oleh Kamila, sedangkan artistik mencakup unsur yang nampak didalam film, seperti audio dan visual.

Aspek penokohan, aspek naratif, dan aspek sinematografi menjadi poin penting dalam kesamaan film-film Kamila Andini seperti 

1. Aspek penokohan dari film Kamila Andini, adalah penggunaan Perempuan Single-Parent sebagai tokoh utama. Dimana Kamila Andini melihat bahwa perempuan single-parent menunjukkan ketidakpastian dan kehilangan dalam satu waktu, yang menurutnya menjadi menarik karena dari ketidakpastian itu muncul harapan.

2. Aspek kedua adalah aspek naratif, dimana Kamila Andini menempatkan perempuan sebagai subjek di dalam filmya. Perempuan menjadi tokoh protagonis yang berusaha menentukan pilihan hidupnya.

3. Aspek Sinematografi, yang diperlihatkan dari pengambilan gambar pada ekspresi karakter, serta ruang yang melingkunginya, yang memberikan suasana psikologi yang tengah dialami oleh karakter.

Melalui ketiga aspek ini, Kamila memperlihatkan auteur dalam film-filmnya serta menunjukkan representasi perempuan pada film-filmnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun