Mohon tunggu...
Alexander Iandri
Alexander Iandri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Ad Maiorem Dei Gloriam

seratustujuh. SEMINARI MERTOYUDAN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika yang Tanpa Kata Usai

13 Januari 2022   10:34 Diperbarui: 13 Januari 2022   10:38 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak awal kehadirannya di nusantara, covid-19 makin eksis dan kian berkembang seturut jiwa jiwa yang telah ditelan olehnya. Tercatat pada tanggal 2 Maret 2020, kasus covid-19 untuk pertama kali mulai menyebar di negara ini. Dari yang dulu hanya menjangkit 2 jiwa, namun kini telah menewaskan sekitar 144.150 jiwa. 

Tentu ada begitu banyak factor yang melatar belakangi angka sebesar itu dapat lahir. Penulis pribadi menemukan adanya keterlambatan dari segi kepemerintahan dalam upaya menangani problematika terkait. Misal, pelaksanaan PSBB yang baru mulai dilaksanakan pada sekitaran April, sedangkan kasus dinyatakn positif terjadi di Indonesia sejak  awal Maret. 

Tapi penulis merasa jika berbicara terlalu mendasar tentang hal structural, hal itu masih bukan ranah penulis. Namun cukuplah itu menjadi ulas balik atas problematika yang sedari dulu masih berlangsung hingga kini, di negri yang kita cintai ini.

Lebih tepatnya, dalam artikel kali ini penulis akan secara spesifik hendak membahas tentang problematika baru yang hadir dikala problematika sebelumnya tak jua usai.

Kita pantas bersyukur atas segala kinerja pemerintah serta masyarakatnya, kinerja kita bersama, perlahan lahan menemukan titik terang. Ialah semakin meningkatnya kasus sembuh, serta pemerataan vaksin di seluruh nusantara. Tentu untuk melakukan itu semua bukan hal yang dapat dikatakan mudah. 

Butuh kerjasama dan kesinergisan antar dua golongan besar di negri ini, ialah pemerintah dengan rakyatnya. Akan tetapi walau vaksin telah ditemukan,  kerjasama telah dapat dinilai baik, dan walau memakai masker telah menjadi budaya, belakangan ini telah hadir lagi sebuah problematika  baru yang tak kalah rentan bagi kestabilan bangsa ini. Ialah sampah medis.

Benar, sampah medis ialah limbah dari penggunaan sarana-prasarana medis selama ini. Dari catatan KLHK, tahun ini sampai Agustus, limbah B3 lebih 20.000 ton, termasuk dari rumah sakit di seluruh Indonesia menyumbang 383 ton perhari dari perawatan pasien COVID-19. Kalau limbah B3 di Indonesia terus meningkat jadi 500 ton perhari, akan ada peningkatan 15.000 ton perbulan bersumber dari rumah sakit maupun rumah tangga. 

Dengan melihat angka angka diatas sontak kita akan kaget, namun tanpa kita sadari juga bahwa selama ini kita hidup berdampingan dengan maslaah yang kerap kita lupakan ini. 

Mangapa masalah ini terasa begitu genting? Ialah dikarenakan jenis dari sampah B3 itu sendiri yang merupakan sampah yang tak dapat diolah secara sembarangan. Dan di negara kita, saat ini masih mengenakan insenerator sebagai alat utama untuk mengolahnya. 

Namun dikarenakan penyebaran yang masih belum menyeluruh ini , menjadikan masalah ini belum dapat dikatakan mampu untuk ditanggulangi. Hal lainnya yang mengatakan masalah ini begitu genting ialah dikarenakan sampah B3 ini dikatakan sebagai masalah yang multi dimensi. Multi dimensi disini dimaksudkan sebagai permasalahn yang juga dapat berdampak pada generasi selanjutnya. 

Lantas, apabila problematika ini kembali tidak difokuskan untuk diperangi, penulis menduga ini seperti bom waktu yang hanya menunggu waktunya saja untuk meledak, juga kembali menyengsarakan setiap individunya. Dan maukah kita untuk kembali sengsara?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun