Apabila kita menganalisis dari konten seorang Gerald Vincent tentang bagaimana Ia membagikan berita dan informasi, seharusnya kita bisa menyadari bahwa konten Gerald Vincent memiliki satu kekurangan yang bisa menjadi pembeda antara content creator dengan seorang jurnalis.Â
Kekurangan tersebut adalah, Gerald Vincent tidak melakukan pengumpulan berita nya sendiri tapi yang sebenarnya Ia lakukan adalah pengulangan berita dan informasi namun dikemas dengan format yang lebih menarik dan di media sosial yang memang banyak penggunanya didominasi oleh Gen-Z.Â
Selain itu, apabila anda sering memperhatikan konten dari seorang Gerard Vincent, Ia sering kali tidak memperhatikan aspek 5W + 1H yang seharusnya menjadi pondasi penting apabila anda ingin menyebarkan berita dan informasi yang penting kepada khalayak luas dan tidak hanya memperhatikan aspek "happening" dan fun dari sebuah berita yang dibagikan tersebut.
Sebaliknya, jurnalis dengan praktik jurnalisme nya tentu dapat dikatakan lebih memiliki profesionalisme dikarenakan mereka memang memiliki bekal yang ketat dan jelas sebagaimana diatur dalam Kode Etik Jurnalistik.
Di dalamnya memuat segala macam norma yang harus diikuti oleh para jurnalis sehingga berita dan informasi yang diberikan kepada masyarakat merupakan berita yang benar dan tidak menyesatkan.
Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh jurnalis dan juga content creator, sayangnya pemilihan sumber berita itu bersifat subjektif. Sehingga, kita tidak bisa menyalahkan satu sama lain.Â
Hadirnya para content creator yang juga suka untuk berbagi informasi dan berita layaknya seorang jurnalis seharusnya bisa dipandang dengan baik sebagai salah satu aktor dalam mencerdaskan insan muda dengan informasi yang mereka dapatkan meskipun memang perlu perbaikan dalam beberapa hal.Â
Di satu sisi, perusahaan media dan juga jurnali juga tidak boleh menutup mata dengan perubahan zaman yang sedang terjadi ini, karena pilihannya adalah mengikuti atau mati sehingga menjadi keputusan yang baik apabila mereka juga mau mengikuti perubahan ini sehingga jangkauan khalayak nya juga akan tetap luas dan tidak tertinggal.Â
Sumber Referensi:Â
Anwar, R. K., & Rusmana, A. (2017). Komunikasi Digital Berbentuk Media Sosial Dalam Meningkatkan Kompetensi Bagi Kepala, Pustakawan, dan Tenaga Pengelola Perpustakaan. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat.Â
Hermawan, D. (2018). Content Creator dalam Kacamata Industri Kreatif: Pesona Personal Branding dalam Media Sosial.