Mengapa susur sungai? Mengapa di musim hujan? Tujuan apa yang ingin dicapai dari kegiatan itu? Mengapa tidak mencari alternatif aktivitas lain yang memiliki objektif yang sama tapi relatif lebih aman? Karena tujuan pendidikan adalah memberikan pengalaman dan kesempatan siswa merefleksikan pengalaman sebagai nilai2 pembelajaran, jika kemudian mereka tidak mempunyai kesempatan itu karena harus menjadi korban, lantas apa yang dapat mereka pelajari?
Tapi terlalu menyudutkan guru, pembina, instruktur atau pelatih saat ini juga bukanlah suatu sikap yang bijak. Karena kesalahan terbesar ada pada sistem kontrol keselamatan pada masyarakt kita saat ini. Seharusnya yang bertanggungjawab pemimpin sekolahnya. Dimana beliau adalah kontrol utama yang seharusnya mengetahui dan merestui semua kegiatan di sekolah berlangsung.Â
Karena dalam buku panduan Kepala Sekolah Profesional yg disusun H.A. Tabrani Rusyan, butir ke 13, butir terakhir tentang peranan Kepala Sekolah Profesional, kepala sekolah adalah sebagai "kambing hitam", tempat melemparkan kesalahan/keburukan yang terjadi dalam kelompoknya, berani dan mau bertanggungjawab atas kesalahan orang lain dalam kelompoknya. Nah, lho... Sesuai pesan Ki Hajar Dewantara, bahwa Kepsek sebagai pemimpin yang baik harus menjalankan peranannya yg " Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madyo mangun Karso, Tut Wuri Handayani".
Whateverlah dengan siapa yang akhirnya dijadikan kambing hitam,Karena saat ini kesalahan utamanya ada pada kesadaran akan keselamatan (safety awareness) dan pemahaman akan pengelolaan risiko (risk management) yg memang belum menjadi budaya atau kebiasaan (habit) dalam masyarakat kita. Jangankan memikirkan keselamatan orang lain, keselamatan diri sendiri juga kadang tidak peduli.Â
Siapa yang berkendara memakai helm atau sabuk pengaman karena benar2 sadar akan pentingnya keselamatan? Saya yakin hampir Kebanyakan karena takut ditilang polisi. Atau bisa disurvey dari  100 populasi berapa orang yang benar2 paham dan mampu melakukan penanganan pertama pada kecelakaan? Saya yakin bisa dihitung jari. Kecuali di dunia Industri, K3 sangat dijaga, karena individu dibayar mahal, keselamatan mereka dihargai mahal karena menentukan hasil produksi.
Mengelola risiko dan menanamkan kesadaran akan keselamatan pada peserta didik sudah semestinya menjadi salahsatu kompetensi  yang dimiliki guru, terutama guru Pembina dalam kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler. Karena kesadaran akan keselamatan adalah habit atau sikap yang butuh pembiasaan.Â
Dan pengelolaan risiko adalah prosedur yang dapat direalisasikan dalam bentuk dokumen acuan standar berkegiatan yang memuat semua kemungkinan risiko yang mungkin terjadi serta bagaimana melakukan mitigasi dan rencana antisipasinya.Â
Dengan demikian dapat meminimalisir kesalahan atau bahaya yang disebabkan oleh faktor manusia dan faktor alam itu sendiri. Mengelola risiko adalah bentuk sederana dari mengoptimalkan ikhtiar sebelum kemudian bertawakal dan menyerahkan sepenuhnya urusan pada penentu takdir.
"Bagaimanapun, kehidupan hanyalah serangkaian kecelakaan -- rantai kejadian kebetulan. Sederetan pilihan, santai atau disengaja, yang menambah besar satu bencana yang kita sebut kehidupan". Â (Rohinton Mistry)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H