Mohon tunggu...
alessandra acristie
alessandra acristie Mohon Tunggu... Jurnalis - trying my best to write something here.

i hope my writings could be useful.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Future Journalism

19 Februari 2020   02:31 Diperbarui: 19 Februari 2020   02:53 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada unggahan sebelumnya, kita telah memahami apa itu jurnalisme multimedia. Agar dapat memahami lebih dalam mengenai jurnalisme multimedia, mari kita simak pembahasan kali ini.Munculnya Multimedia membawa pengaruh positif karena membuka banyak pekerjaan baru yang lebih spesifik, misalnya saja videographer, web developer, photographer, graphic designer dan masih banyak lagi. Hal ini memungkinkan orang-orang yang memiliki skill dibidangnya dapat memiliki lapangan pekerjaan yang lebih. 

"The New York Times' miraculous mega-multi-media feature "Snow Fall" is a triumph of reporting, design, and creativity. It was immediately hailed by much of the Internet as the "future of journalism." It's not. And that's okay."

Fitur mega multimedia The New York Times yang bernama "Snow Fall" merupakan kemenangan pelaporan, desain, dan kreativitas. Itu segera disambut oleh banyak internet sebagai "masa depan jurnalisme." Ini bukan. Dan itu tidak masalah.

Kata "Snow Fall" dilihat banyak orang sebagai semacam aliran dalam multimedia dan menarik hampir 3 juta kunjungan situs dalam 10 hari pertama, sehingga menjadikannya sebagai titik referensi penting. projek yang mengkombinasikan video, grafik animasi, maps, audio dan photo slidedshows dengan kurang lebih 17.000 kara yang dibagi dalam 6 bagian menuai banyak pujian.

Memproduksi konten multimedia membutuhkan mindset dan skill dibidang multimedia tentunya. Storytelling multimedia terus berkembang dengan semakin banyaknya eksperimen jurnalis dengan munculnya alat digital yang baru dan teknik yang baru pula.

Lalu apa yang dapat kita pelajari dari cerita-cerita yang berbeda tadi?


1.Complement, don't repeat
Dalam story telling multimedia, terdapat berbagai tipe media di dalamnya, tak hanya video. Idealnya, masing-masing diantaranya digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang merupakan bidangnya dan menjadi kekuatannya masing-masing. (seperti yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, missal video lebih baik digunakan untuk menunjukkan situasi/ kondisi yang terjadi.

Komponen dari cerita tersebut dibuat untuk melengkapi satu sama lain. Misalnya sebuah cerita dibawakan tak hanya menggunakan teks namun juga menggunakan video agar tidak mengurangi minat pembacanya.


2.Integrate media types
Kita tidak boleh memojokkan media visual. Kita tidak boleh memberi hak istimewa kepada teks. Posisi dari informasi grafis adalah dimana ia menyajikan ceritanya, bukan menilai dari layout. Jadi masing-masing media memiliki keunggulan dan kegunaanya masing-masing. Kita tidak boleh membedakannya ataupun membandingkan satu sama lain.


3.Simplify
Ketika kita merencanakan sebuah cerita, seorang jurnalis harus menentukan apa yang perlu untuk diikutsertakan dan apa tidak. Ketika kita menambahkan terlalu banyak bagian dan potongan, dapat memungkinkan sebuah cerita menjadi terlalu rumit dan panjang. Sebuah cerita yang baik tidak harus terdiri dari susunan ribuan kata, namun ketika makna dan maksud dari cerita itu bisa tersampaikan.


4.Grab the audience's attention visually
Cerita yang baik adalah cerita yang dapat menggaet audiensnya untuk membaca. Biasanya untuk menarik perhatian audiens, yang pertama harus dimiliki sebuah cerita adalah judul yang baik, atau foto yang menarik.


5.Nonlinear does not need to be complicated
Paketan multimedia biasanya menyediakan opsi untuk mengarahkan cerita. Biasanya opsi tadi bersifat nonlinear, tidak seperti dalam bentuk cetak atau siaran berita. Kita dapat memilih bagian mana yang ingin kita baca. misalnya saja dua orang pembaca sangat memungkinkan untuk memilih dua cerita yang berbeda. Storytelling multimedia ini menawarkan kesempatan kepada para jurnalis untuk menampilkan berbagai aspek dari cerita yang bersifat parallel dan berlapis.


6.Low interactivity is okay
Beberapa cerita multimedia mengundang interaksi pembacanya, namun sebagaian besar menawarkan pengalaman yang pasif. Sebenarnya tidak begitu akurat ketika hal ini kita sebut sebagai cerita interaktif. Jika seorang pengguna tidak memiliki pilihan, disamping mengklik play, pause, stop, cerita itu dikatakan bukan cerita interaktif.
Menjelajahi website atau swiping telepon genggam dapat dikatakan interaksi level terendah. Hyperlinks pun sebanarya nyaris tidak dapat dikatakan interaktif karena dengan mengklik link tadi, kita hanya seperti mengganti halaman sebuah buku.


7.Immersive experiences rule
Bawa aku kemanapun yang tak pernah kujangkau dan tunjukkan sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya.


8.Good journalistic judgement is still needed
Seorang jurnalis memasok organisasi dan aturan. Namun keduanya terlalu banyak memaksakan pandangan wartawan tentang kenyataan. Membuka sebuah cerita untuk memperluas interpretasi menandakan hilangnya control yang mengganggu beberapa pengamat. Keputusan ini adalah mengenai apa yang perlu disertakan dan apa yang tersisa masih menjadi milik produsen proyek.

Ketika kita berbicara mengenai jurnalisme multimedia, kita dapat mendiskusikan dan mengkritik evolusi dari bentuk cerita jurnalisme dan kemungkinan yang luas biasa membawa kita kepada platforms digital dan interaktif. "Storytelling multimedia" terlihat bagus untuk dinamai demikian. 

Jadi seharusnya kita jangan pernah membatasi itu hanya sekedar video dan cerita bergambar. Namun marilah kita merangkul semua tipe media dan integrase terbuka kepada kita dan belajar bagaimana cara menggunakan mereka untuk membantu masyarakat memahami dunia yang kita tempati sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun