Mohon tunggu...
Abdullah Sammy
Abdullah Sammy Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti Strategi Manajemen dan Sejarah Politik UI

Peneliti Strategi Manajemen dan Sejarawan dari Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Erick Thohir dalam Prinsip Machiavelli

15 November 2021   04:45 Diperbarui: 15 November 2021   06:08 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut anda mana yang lebih penting hasil atau proses? Jika pertanyaannya ditanya kepada filsuf abad renaissance, Niccolo Machiavelli, maka jelas jawabannya adalah hasil. Tokoh asal Florence itu mengenalkan kepada dunia tentang apa yang disebut the ends justifies the means. Konsep yang berarti hasil akhir lebih penting ketimbang proses. 

Prinsip ini kemudian jadi landasan yang dipegang oleh para pihak yang menghalalkan segala cara demi tujuan. Pihak-pihak ini yang kini disebut sebagai Machiavellis. 

Machiavellis masih laku hingga kini. Berbicara soal politik, prinsip Machiavelli ini semakin menunjukkan jati dirinya dalam wujud yang terbaik. Prinsip Machiavellis digunakan kelompok tertentu demi meraih tujuannya. Ini seperti menyebar hoax dan fitnah untuk menghancurkan lawan. 

Saya ingin mengaitkannya dalam konteks perpolitikan Indonesia. Tentu, kita masih mengingat apa yang terjadi pada Jokowi. Sejak duduk sebagai Gubernur DKI hingga menjadi presiden, serangan hoax yang menimpa dirinya seakan tidak berhenti. Semakin tinggi jabatan, kewenangan, dan otoritas maka serangan fitnah yang menimpa Jokowi semakin dahsyat. 

Ini membuktikan semakin banyaknya pihak yang kepentingannya terganggu. 'The end' yang dicari pihak-pihak di level negara tentu lebih tinggi dibanding level provinsi apalagi kota. Karenanya, tak heran serangan fitnah yang mengarah ke Jokowi semakin mengarah ke segala sisi. Termasuk menimpa keluarga dan orang tuanya. Serangan yang jelas-jelas mengabaikan rasa kemanusiaan. 

Apa yang dialami Jokowi kini menimpa pula sejumlah menteri kepercayaannya. Salah satunya Erick Thohir. Sepekan terakhir ini, Erick dihantam segala macam isu. Ibaratnya serangan fitnah diarahkan dari delapan arah mata angin. Saya mencatat dalam sepekan ini serangan yang diarahkan da Erick adalah tudingan berbisnis PCR, deklarasi capres, tudingan membuat laporan ke KPK, hingga asal usul orang tuanya. 

Dari serangan seputar jabatan, ambisi politik, hingga orang tua. Sulit untuk tidak mengatakan bahwa ragam serangan itu sama sekali tak memiliki keterkaitan. Sebaliknya, ragam serangan ini patut diduga adalah bagian dari misi dari orang-orang yang memegang prinsip Machiavelli. Menghalalkan segala cara demi politik. Orang-orang yang memiliki the end, 'bagaimana pun dan apapun caranya Erick Thohir harus jatuh!' 

Pertanyaannya kemudian apa yang membuat Erick menjadi bidikan. Kita tentu bisa mengulasnya dari berbagai sisi. Namun, sulit melepaskan kenyataan bahwa ini semua tak terlepas dari kursi dan posisinya yang strategis sebagai menteri kepercayaan Jokowi di sektor BUMN. 

Yang Erick lakukan saat menjabat menjadi Menteri adalah membongkar habis kultur yang lama mengakar di BUMN. Birokrasi yang gemuk dipangkas habis. Tak terhitung berapa banyak komisaris dan dirut BUMN yang dicopot. Banyak periuk nasi yang terancam inilah membuat banyak pihak jadi misuh maupun musuh. Di satu sisi, banyak 'Machiavelli's' yang sudah berpuluh tahun membobol uang negara dari BUMN. Inilah yang dibabat habis Jokowi via Erick. 

Erick seperti pula Sri Mulyani ataupun Luhut Panjaitan menjadi andalan Jokowi di sektor yang sangat basah. Jokowi tentu sangat paham bahwa di sektor yang sangat 'basah' dan krusial, dia butuh sosok tangguh yang bisa dipercaya dan kuat. Tak heran sosok-sosok itu sehari-hari tak pernah luput dari serangan dan fitnah. 

Namun begitulah risiko yang mesti dihadapi. Tak heran kemudian Jokowi menunjuk figur kuat macam Erick, Sri Mulyani, atau Luhut. Sebab Jokowi tahu bahwa butuh pelaut tangguh di lautan yang bergelombang. Dan Erick menjadi pelaut tangguh yang berani menghadapi gelombang para Machiavellis itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun