Mohon tunggu...
Alena Friday Madusha
Alena Friday Madusha Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Kesehatan dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bahaya Self-Diagnose Terhadap Kesehatan Mental

30 Januari 2023   21:07 Diperbarui: 31 Januari 2023   18:43 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan aktivitas dari yang semula semua serba online berubah menjadi offline. Perubahan yang terjadi tentu saja melibatkan respon psikologis seperti stres berlebih, kelelahan, kecemasan dan sebagainya yang mungkin saja dapat mengganggu kesehatan mental.

Menurut hasil survei yang dipublikasikan oleh The Royal Women Hospital, sebanyak 75% anak muda yang membutuhkan bantuan professional kesehatan mental tidak memeriksakan dirinya dan membiarkan gejala gangguan. Gangguan kesehatan mental rentan terjadi sejak remaja hingga dewasa awal. 

Berdasarkan hasil survei terhadap 393 responden yang berusia 16-24 tahun, ditemukan 95% responden mengalami kecemasan, 88% responden mengalami gejala depresi, dan 96% responden tidak memahami cara mengatasi stres.Berkaitan dengan kesehatan mental, aktivitas mendiagnosis diri sendiri mengalami gangguan kesehatan mental saat ini banyak terjadi, dalam psikologi fenomena ini seringkali disebut self-diagnose.

Self-diagnose merupakan proses melakukan diagnosis atau mengidentifikasi suatu penyakit dengan dasar pengetahuan dan informasi yang diperoleh secara mandiri. Pada dasarnya, ketika kita mendiagnosis diri seperti menganggap bahwa kita sudah dapat memahami penyakit apa yang mungkin kita derita. Padahal, ketika suatu penyakit terdiagnosis, kita membutuhkan seseorang yang ahli untuk mempelajari ketidaknyamanan yang kita alami dan pengobatan yang dianjurkan.

Ketika kita sudah terbiasa dalam mengabaikan saran dari dokter atau bahkan anjuran untuk periksa ke psikolog atau psikiater, tentunya hal ini akan berakibat fatal. Bisa saja sindrom yang kita alami bukanlah gejala dari suatu penyakit mental melainkan penyakit medis. Jika hal tersebut tidak dihentikan, akan berpengaruh terhadap proses pengobatan yang kita lakukan sendiri tanpa ada anjuran maupun saran dari dokter secara konkrit. Bahkan saat telah terlanjur minum obat yang kita beli sendiri tanpa resep tersebut secara rutin juga akan berakibat fatal pada kondisi medis kita sendiri. Dimana, kita telah mengabaikan efek samping obat tersebut.

Selain berakibat fatal pada kondisi medis, dengan hanya mendapatkan informasi yang nyatanya belum terlalu lengkap untuk memastikan kita sedang mengalami penyakit mental yang telah kita diagnosis sendiri, belum tentu kita akan menemukan jalan keluar sendiri untuk menyembuhkan penyakit yang dialami pada jiwa kita sendiri. Hal tersebut akan membuat semakin cemas dan mengganggu aktivitas kita sehari-hari. Demikian pula dengan peran dokter yang seharusnya menangani hal seperti ini dilemahkan oleh oknum-oknum yang merasa sudah bisa mendiagnosis dari satu dua gejala yang telah mereka alami dan merasa tak perlu mendengar saran dokter.

Namun, bukan berarti mendiagnosis atau menduga sesuatu yang berkaitan dengan gejala-gejala yang telah kita alami adalah suatu hal yang sepenuhnya tidak benar. Hal ini juga diperlukan dalam menambah ilmu pengetahuan terhadap jenis-jenis penyakit mental yang mungkin dialami, namun kita tidak boleh merasa sudah tau sepenuhnya dan merasa mampu mengatasinya sendiri.

Ketika kita merasakan gejala-gejala yang sudah tidak mampu kita atasi sendiri, sebaiknya segera memeriksakan kondisi diri ke dokter untuk menghindari kekhawatiran dan bayangan-bayangan buruk. Saat berkonsultasi dengan dokter, kita bisa mencurahkan segala keluhan yang kita alami secara transparan agar dapat memudahkan dokter untuk mencari pengobatan yang sesuai dengan penyakit kita. Justru, proses ini jauh lebih efektif walau memakan biaya, setidaknya kita tahu dan tidak salah dalam mengambil tindakan.

Referensi:

Akbar, M. F. (2019). Analisis pasien self diagnosis berdasarkan internet pada fasilitas kesehatan tingkat pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun