Mohon tunggu...
Alek Kurniawan
Alek Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Seorang penulis yang bercita-cita menapakkan kaki di lima benua.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mempercepat Digitalisasi Sekolah dengan Komputasi Edge

22 September 2023   10:23 Diperbarui: 22 September 2023   10:53 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring semakin canggihnya teknologi, sekolah di seluruh dunia mempunyai peluang mewujudkan digitalisasi dengan mengadopsi alat pembelajaran baru dan meningkatkan infrastruktur.

Seperti kita ketahui, transformasi digital dalam dunia pendidikan terus berkembang secara cepat di masa mendatang. Saat ini saja, sudah menjadi hal yang lumrah bagi siswa di ruang kelas membawa perangkat gadget, seperti laptop, tablet, atau smartphone.

Perangkat tersebut dan teknologi di ruang kelas, memungkinkan digitalisasi lebih lanjut karena para pendidik akan semakin mengandalkan solusi digital.

Sementara itu, permintaan terhadap kebutuhan data terus meningkat sehingga semakin membebani infrastruktur IT dan berpotensi menyebabkan masalah downtime, konektivitas, atau latensi. Oleh karena itu, sekolah perlu memperkuat infrastruktur IT dengan solusi komputasi edge.

Penting juga bagi sekolah memastikan bahwa tim IT dilengkapi dengan alat dan pelatihan yang diperlukan untuk mendukung proses digitalisasi secara efektif.

Perkembangan teknologi AR dan VR dalam pendidikan

Dalam lima tahun ke depan, teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) kemungkinan akan menjadi hal yang umum di sekolah-sekolah di seluruh dunia.

Para guru sudah mulai memanfaatkan metaverse sebagai platform pembelajaran. Metaverse menggabungkan AR, VR, dan internet untuk menyediakan lingkungan kolaboratif yang mendalam.

Beberapa sekolah sudah menggunakan AR dan VR untuk melakukan karyawisata (study tour) yang dapat dilakukan secara virtual. Selain itu, kompetisi online juga mulai menjadi opsi yang semakin populer. Tidak lama lagi, e-sports juga akan menjadi kegiatan ekstrakurikuler yang umum ada di sekolah.

Alat-alat digital yang baru muncul ini bisa diintegrasikan ke dalam lingkungan hibrida yang sudah ada dan seiring dengan proses transformasi digital, sekolah memerlukan infrastruktur tambahan, keamanan, dan perlindungan daya untuk mendukung teknologi baru.

Investasi pada teknologi digital masih terus berkembang

Investasi pendidikan pada teknologi digital, seperti aplikasi bahasa, bimbingan virtual, dan perangkat lunak pembelajaran online semakin meningkat di seluruh dunia.

Berdasarkan data World Economic Forum yang disadur dari website Schneider Electric, investasi ini mencapai 18,66 miliar dollar AS atau setara Rp 286 triliun pada 2019 dan industri pendidikan online secara keseluruhan diproyeksikan mencapai 350 miliar dollar AS atau setara Rp 5.380 triliun pada 2025.

Seiring dengan transformasi digital yang digencarkan di sekolah, ketersediaan bandwidth dan sistem harus menjadi prioritas sehingga menciptakan tantangan bagi para ahli IT.

Masalahnya, masih banyak daerah yang kekurangan staf IT berkualitas untuk memelihara dan memantau infrastruktur dan perangkat lunak tambahan guna mendukung teknologi digital baru.

Guna mengatasi tantangan ini, tim IT di pusat dapat melakukan pemantauan jarak jauh untuk mengelola data center, aplikasi komputasi edge, dan jaringan komunikasi untuk kepentingan sekolah di daerah.

Solusi komputasi edge

Institusi pendidikan harus mempertimbangkan investasi pada peralatan jaringan canggih untuk menangani potensi ledakan kebutuhan akan teknologi baru. Selain itu, mereka harus meninjau kebutuhan infrastruktur, daya, dan perangkat pendingin untuk membantu menjaga waktu aktif jaringan.

Terakhir, untuk membantu memantau dan mengelola infrastruktur terdistribusi, tim IT dapat beralih ke pemantauan jarak jauh untuk memungkinkan guru, siswa, administrator, dan staf IT terhubung ke jaringan sekolah.

Visibilitas jarak jauh ke daya ruang server, pendingin, peralatan komputer, dan peralatan jaringan lemari kabel memungkinkan administrator sistem untuk memantau kinerja dan mengidentifikasi anomali peralatan.

Selain itu, sekolah bisa memanfaatkan uninterruptible power supplies (UPS) membantu menjaga ketersediaan sistem dengan menyediakan listrik transisi selama pemadaman listrik. UPS ini memungkinkan administrator untuk melakukan reboot sistem dari jarak jauh bila diperlukan.

Hal yang patut dipertimbangkan untuk sekolah adalah model UPS kecil dan ringan yang dirancang untuk lingkungan komputasi edge dan pusat data mikro. Misalnya, APC Smart-UPS Ultra yang berukuran 30 persen lebih kecil, 50 persen lebih ringan, dan menghasilkan daya satu setengah kali lebih besar dibandingkan model sebelumnya.

Hal ini membuatnya lebih mudah untuk diterapkan di ruang yang lebih sempit dengan persyaratan komputasi yang lebih tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun