Selama masa new normal, energi yang digunakan di rumah semakin banyak digunakan. Pasalnya, kebijakan work from home (WFH) yang diterapkan sejak awal 2020 membuat kita melakukan semua aktivitas di rumah.
Alhasil, biaya listrik membludak jadi tak terelakkan. Selain pengeluaran biaya listrik yang semakin banyak, penggunaan energi di rumah yang berlebihan juga bisa menimbulkan dampak negatif terhadap iklim, lho.
Melansir laman Schneider Electric, rumah menghasilkan sekitar sepertiga dari emisi karbondioksida global pada 2019. Penggunaan listrik perumahan juga akan meningkat dua kali lipat pada 2050 mendatang. Ini akan menjadi segmen konsumsi energi terbesar pada 2050, mewakili 36 persen penggunaan listrik global.
Oleh karena itu, kita harus bergerak untuk menghindari kerusakan iklim akibat karbon yang dihasilkan dari rumah. Caranya bagaimana? Simak ulasan berikut.
1. Manfaatkan teknologi smart home
Pada 2025, sebanyak 20 persen hunian tempat tinggal di seluruh dunia akan menjadi smart home. Smart home di sini berarti rumah pintar yang dapat mengendalikan penggunaan listrik di rumah dengan smartphone dan bisa dari kejauhan.
Salah satu teknologi yang bisa Anda gunakan adalah WISER (wireless smart home system).
Canggihnya, produk ini bisa menyediakan data real time dan memungkinkan pemilik rumah memiliki kontrol jarak jauh terhadap pemakaian alat elektronik di rumahnya. Sistem ini dapat pula secara otomatis mengontrol pencahayaan di rumah menggunakan sensor inframerah.
Dengan demikian, lampu akan otomatis mati ketika tidak ada aktivitas di dalam rumah. Sistem ini pun mampu beradaptasi terhadap lingkungan secara otomatis. Misalnya, suhu dan pencahayaan di dalam rumah dapat disesuaikan dengan kebiasaan penghuni sehingga pemakaian daya listrik bisa lebih efisien.
2. Memasang solar panel