Mohon tunggu...
Alejandro Ahmad Zuhayr
Alejandro Ahmad Zuhayr Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif Universitas Airlangga

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cyberbullying : Peran sosial media dalam penyebaran perilaku negatif

30 November 2024   11:44 Diperbarui: 30 November 2024   11:45 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cyberbullying menjadi topik yang cukup hangat dalam media sosial belakangan ini. Ketika media sosial muncul sebagai platform untuk berbagi ide dan berinteraksi, banyak yang tidak menyadari bahwa ruang digital ini juga dapat menjadi arena bagi perilaku - perilaku negatif. Dengan satu klik, seseorang dapat menjadi pelaku atau korban dari tindakan bullying yang dapat meninggalkan dampak psikologis yang mendalam. Fenomena ini menuntut kita untuk memahami bagaimana media sosial berkontribusi terhadap penyebaran perilaku negatif di kalangan remaja kita saat ini.

Media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan remaja saat ini. Bagi mereka, fungsi utama media sosial  adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan remaja  terhubung dengan teman dan keluarga, dari tempat maupun waktu yang berbeda. Remaja generasi ini dapat dengan mudah berbagi pengalaman, foto, dan pemikiran mereka melalui platform seperti Instagram, TikTok, Twitter dan berbagai jenis sosial media lainnya . Selain itu, media sosial juga berfungsi sebagai sumber informasi yang cepat dan beragam yang menyediakan akses terhadap berita terkini, tren, dan konten pendidikan yang mendukung pembelajaran. Tak hanya itu, media sosial  memberikan ruang bagi remaja untuk berekspresi dan mengekspresikan kreativitasnya, seperti dengan membuat konten kreatif dan mengikuti berbagai tantangan online.

Dibalik fungsi sosial media yang sebenarnya, terdapat permasalahan yang cukup besar dalam hal ini. Faktanya, banyak pengguna media sosial  yang  menggunakan platform ini untuk menyebarkan perilaku negatif seperti cyberbullying. Orang yang merasa aman di balik layar lebih cenderung  melakukan hal-hal yang tidak akan mereka lakukan secara langsung. Akibatnya, banyak generasi muda dan anak-anak menjadi korban serangan verbal, hinaan, pelecehan seksual dan perundungan online. Alih-alih menjadi tempat untuk saling mendukung dan berbagi inspirasi, media sosial kerap menjadi ajang pertarungan di mana orang-orang saling menyakiti.

Sebagai studi kasus, saya mengambil salah satu peristiwa yang cukup ramai dikampus saya serta disosial media belakangan ini. Salah satu mahasiswi dari fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Airlangga, Tuffahati Ullayyah Bachtiar selaku ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik menjadi korban serangan cyberbullying di sosial media setelah aksi yang dilakukan oleh BEM FISIP UNAIR. Kak tuffa dan rekan-rekan BEM FISIP UNAIR menerima berbagai bentuk intimidasi, seperti body shaming, pelecehan seksual, bahkan sampai ancaman fisik. Bentuk kecaman serta ejekan yang dilontarkan ini bersifat "personal" atau bermaksud menuju ke seorang individu. Terlepas dari permasalahan yang ada, hal ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan kebencian dan intimidasi.

Cyberbullying dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya, terutama jika melibatkan pelecehan seksual dan mempermalukan tubuh. Pelecehan seksual online sering kali terjadi melalui pesan dan komentar yang bersifat menghina, yang dapat membuat korbannya merasa tertekan, cemas, dan kurang percaya diri. Disisi yang lain korban body shaming seringkali merasa malu dan tidak nyaman dengan tubuhnya, sehingga dapat berujung pada depresi dan gangguan kesehatan mental lainnya. Cyberbullying merupakan fenomena serius yang dapat menimbulkan konsekuensi mematikan, termasuk risiko bunuh diri di kalangan anak muda. Ketika serangan dunia maya terus berlanjut, perasaan putus asa semakin meningkat, dan beberapa orang mungkin merasa bahwa bunuh diri adalah satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari rasa sakit yang mereka alami.

Kasus diatas menjadi pengingat bahwa meskipun sosial media bisa menjadi alat untuk menyuarakan pendapat, ia juga bisa digunakan untuk menyerang individu secara personal, menciptakan lingkungan yang tidak aman serta gangguan psikologis bagi mereka yang berani berpendapat. Dari banyaknya kasus kasus cyberbullying yang beredar, lantas langkah apa yang bisa kita ambil untuk menciptakan lingkungan media sosial  yang lebih aman dan positif bagi semua pengguna ?

Edukasi, edukasi adalah kunci utama dalam permasalahan ini sekaligus menjadi tantangan yang cukup besar dalam permasalahan ini. Melalui edukasi kita harus meningkatkan kesadaran tentang cyberbullying melalui kampanye kampaye di sekolah dan komunitas, sehingga semua orang memahami dampak negatif dari perilaku ini, bagaimana perilaku ini dapat merugikan orang lain, baik dari sisi mental ataupun sosial. Yang terakhir, membangun komunitas daring yang positif dengan bergabung dalam kampanye anti-perundungan siber dan kelompok pendukung merupakan langkah efektif lainnya. Dalam komunitas ini kita dapat mengedukasi satu sama lain terkait fenomena cyberbullying ini. Dengan memahami apa itu cyberbullying dan bagaimana cara mengenalinya serta apa dampaknya bagi para korban, pengguna dapat lebih waspada dan tidak terjebak dalam perilaku negatif. Namun seperti yang kita ketahui, edukasi memerlukan waktu  yang cukup lama untuk dapat mempengaruhi semua pengguna sosial media. Oleh karena itu, sebagai antisipasi jangka pendek kita bisa memilih opsi "report" dalam artian melaporkan akun pelaku cyberbullying di sosial media manapun. Dengan jumlah "report" yang massive, pelaku tidak dapat lagi menggunakan akun sosial medianya lagi.

Membangun lingkungan media sosial yang lebih baik dan aman adalah tanggung jawab kita semua. Untuk mencapai hal ini, kita harus memikirkan dampak dari setiap interaksi yang kita lakukan di sosial media, sebelum berbagi maupun mengedukasi diri kita sendiri atau orang lain. Melalui dukungan aktif dari pengguna lain, kita dapat menciptakan suasana yang lebih bersahabat dan saling menghormati pendapat satu sama lain di sosial media. Penting untuk melaporkan segala jenis konten negative yang berada di sosial media ini. Langkah-langkah ini akan membantu menjadikan media sosial sebagai platform yang mendukung perkembangan positif dan mengurangi perilaku negatif seperti cyberbullying, sehingga semua orang merasa aman dalam mengungkapkan ide dan pendapatnya di dunia maya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun