Era disrupsi menjadi peluang besar bagi pelaku usaha di sektor ekonomi digital saat ini, bagaimana bisa?
Tentu saja, perkembangan teknologi yang semakin pesat menimbulkan beberapa perubahan fundamental yang disebut dengan disrupsi. Tak hanya disrupsi, Indonesia pun menghadapi revolusi industri 4.0 yang semakin membuka jalan bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan ekonomi digital di bidangnya masing-masing.
Lalu, seperti apakah disrupsi dalam ekonomi digital yang terjadi saat ini?
Berikut 3 dampak disrupsi ekonomi digital yang terjadi saat ini.
Respon Terhadap Era Disrupsi
Dari beberapa negara berkembang di ASEAN, Indonesia termasuk belum memberikan respon yang bagus dalam menghadapi era disrupsi yang terjadi saat ini. Bahkan di beberapa negara, salah satunya Thailand, yang membentuk Kementerian Ekonomi Digital dari 6 tahun yang lalu.
Hampir 50% penduduk Indonesia sudah mampu mengakses internet, yang mana hampir 90% dari keseluruhan pengguna internet tersebut merupakan pengguna aktif sosial media. Tentu saja ini menjadi peluang yang sangat besar bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan berbagai ide kreatif dan inovatif demi menghadirkan solusi-solusi yang dibutuhkan oleh masyarakat modern saat ini.
Jatuh dan Bangkitnya Industri-industri di Tanah Air
Mengapa disrupsi ini menyebabkan jatuh dan bangkitnya industri-industri di Indonesia? Hal ini terjadi karena adanya pergeseran kebiasaan. Menurut Presiden Joko Widodo, disrupsi atau perubahan yang terjadi saat ini merupakan perubahan yang ultranormal serta tidak normal. Dan saat ini, dunia sedang mencari sebuah 'normal' yang baru.
Luar biasanya dari pergeseran ini adalah, industri seakan-akan dirusak dan dipaksa bergeser dari 'normal yang lama' menuju 'disrupted normal' yang akhirnya menjadi 'normal yang baru'. Lalu siapa yang bangkit, dan siapa yang jatuh?Â
Industri lama, seperti industri retail misalnya, kini semakin banyak yang berguguran. Tak hanya industri retail, industri otomotif pun semakin menurun karena berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi.
Disisi lain, ada banyak jenis bisnis baru yang bermunculan. Era disrupsi ekonomi digital ini membuat para pelaku usaha, terutama para anak muda yang kreatif menciptakan ide-ide kreatif dan inovatif bagi masyarakat. Pelaku usaha digital menawarkan produk dan jasa yang sangat memudahkan konsumen dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Salah satunya adalah hadirnya jasa pesan antar makanan, jasa pijat, jasa bersih-bersih, jasa antar jemput dan jasa lainnya yang bisa dipesan dalam satu aplikasi dan proses transaksinya dilakukan secara online. Dari sini lah 'normal yang baru' itu hadir.
Menyusun Strategi Menghadapi Era Disrupsi
Lantas, bagaimana caranya agar industri lama mampu bertahan bahkan bangkit dari keterpurukannya? Caranya adalah dengan menyusun strategi baru untuk menghadapi era digital.
Saat ini, pasar didominasi oleh milenial. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan para milenial, pelaku usaha harus berpikir layaknya seorang millenial. Generasi milenial adalah generasi yang cenderung mengutamakan kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan dalam menyelesaikan masalahnya.
Misalnya, ketika ingin menonton, mereka akan menonton acara melalui layanan berbayar daripada tv ataupun mengunduh film. Ketika ingin makan, maka akan pesan online daripada harus berjalan sendiri ke luar rumah. Dan semua kegiatan tersebut dapat dilakukan secara mobile. Ya, hanya melalui sebuah ponsel pintar, segala kebutuhan dan keinginan para milenial ini dapat terpenuhi.
Dalam menghadapi era disrupsi ekonomi digital yang terjadi saat ini, baik sebagai pelaku usaha maupun konsumen, kita harus cerdas dan bijak dalam mencari dan memanfaatkan peluang yang ada.
Sumber: www.halojasa.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H