Tak diduga, ia bertanya balik menanyaiku,
"Kalau Mbak, cita-citanya SEKARANG jadi apa?"
Nah lho... mungkin itu hanya pertanyaan sederhana dari seorang anak kecil yang lugu.. tapi kenapa Tia harus menanyaiku cita-citaku yang sekarang? kenapa dia tidak bertanya tentang cita-citaku sewaktu kecil saja ya, hehehe... benar-benar anak yang pintar... masalahnya saat dia bertanya itu.. aku merasa tertampar.. aku punya banyak cita-cita sewaktu kecil - namun sampai di usiaku yang sekarang, pekerjaanku belum menjawab satupun dari cita-cita itu.. bahasa sederhananya, belum kesampaian. Mungkin karena kebanyakan juga, hehehe... aku tau aku harus segera memutuskannya. maka setelah Tia menunggu jawabanku selama beberapa saat dalam perenungan singkat itu, aku pun menjawab,
"Aku mau jadi penulis,"
"Penulis opo tho Mbak? buku?"
"Iya, buku. Novel, apa saja, yang penting aku mau menulis," jawabku sambil tersenyum.
Tia pun tersenyum sambil mengangguk-angguk tanda mengerti.
Benar-benar anak yang cerdas. Aku memang mudah jatuh cinta pada anak-anak, tapi Tia ini benar-benar memberikan kesan tersendiri untukku.. aku bahkan sempat memotretnya dengan kamera handphoneku, aku benar-benar beruntung... di foto itu Tia tersenyum manis sekali. senyuman tulus yang takkan pernah kulupakan seumur hidupku...
Sayang sekali kebersamaan kami segera berakhir ketika aku dan teman-teman telah sampai di Terminal Arjosari. Tia oh Tia... kuharap aku bisa bertemu lagi denganmu, adik manis.. aku doakan semoga cita-citamu tercapai ya.. Aku benar-benar berharap masih diberi usia sampai saat itu tiba, saat dimana kita berdua berjumpa kembali suatu hari nanti, sehingga aku bisa menyapamu dengan bangga,
"Halo.. Ibu Polwan Tia, masih ingat saya?"
Tuhan bersamamu, sayang... ^o^