Mohon tunggu...
Aleina Faradebi
Aleina Faradebi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seseorang cewek yang hobi nya suka ngedit video, suka film. Dan bercita cita ingin bekerja di industri kreatif khususnya pembuatan film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

'Mengemis Online' Melalui Live Streaming TikTok dengan Cara Mandi Lumpur yang Membuat Resah Masyarakat Pengguna TikTok.

8 Januari 2023   21:30 Diperbarui: 15 Januari 2023   10:23 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini media sosial platform TikTok sedang diramaikan dengan perbincangan 'mandi lumpur' yang dilakukan oleh beberapa pihak pada fitur streaming Live TikTok. Tentu hal ini menimbulkan banyak perspektif para pengguna TikTok lainnya.

Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa hal itu adalah salah satu cara mereka mencari nafkah berupa gift atau hadiah saweran yang mereka dapatkan. Namun, tak sedikit juga yang kontra terhadap perbuatan mereka.

Saya adalah termasuk orang yang geram dan risi atas perbuatan mereka yang jatuhnya seperti 'mengemis online'. Bahkan saya pernah melihat mereka melakukan live streaming TikTok mandi lumpur pada tengah malam bahkan 24 jam non stop dengan harapan mendapatkan banyak gift dari para penonton. Yang menurut pribadi saya, itu adalah hal konyol. Demi mendapatkan uang, mereka rela menyakiti diri sendiri atau self-harm dan mempermalukan dirinya sendiri.

Fenomena 'mengemis online' mandi lumpur ini tak hanya dilakukan oleh satu dua orang. Namun juga sejumlah orang, mulai dari anak-anak, remaja, bapak-bapak, ibu-ibu hingga lansia. Yang konon, mereka adalah satu keluarga atau para pelaku yang terorganisir dan saling kenal. Seperti dikutip dari pemilik akun TikTok @InspekturNguyen yang ikut mengomentari hal ini, ia mengatakan bahwa konten mandi lumpur sering lewat di beranda nya dengan orang yang berbeda-beda namun dengan latar tempat yang sama.

Mungkin dengan cara live bersistem 'ganti shift' akan menambah pemasukan mereka jauh lebih banyak. Pasalnya seperti informasi dari Google, 1 gift berbentuk stiker animasi ikan paus bernilai 2.150 koin atau setara dengan Rp.400.000. Belum lagi ditambah dengan berbagai jenis gift lainnya. Sehingga mereka sangat gencar untuk terus melakukan aksi nya dengan sengaja memanfaatkan rasa iba dan simpati dari penonton untuk diberi berbagai gift tersebut.

Tak dapat dipungkiri bahwa warga Indonesia dikenal dengan stereotype orang yang ramah, baik hati dan dermawan. Dikutip dari Kompas.com, hal ini juga diungkapkan oleh seorang sosiolog dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Drajat Tri Kartono, bahwasannya "Kedermawanan orang Indonesia nomor satu di dunia. Artinya orang Indonesia bisa dipengaruhi untuk berbelas kasihan, memberi ini-itu" dan mereka para pelaku memanfaatkan kesempatan itu.

Tentunya, jika budaya 'mengemis online' ini dibiarkan terus menerus akan berdampak buruk bagi semua pihak termasuk image bangsa negara yang dimana hal konyol ini tak hanya sampai pada cakupan dalam negeri, namun juga luar negeri. Karena perlu diingat, TikTok adalah platform berbasis online yang memiliki sistem algoritma yang luas. Yang artinya, seluruh konten dapat tersebar dengan cepat kepada para pengguna TikTok di seluruh dunia.

Akan sangat disayangkan jika semakin banyak orang yang mencontoh tindakan 'mengemis online' dengan cara-cara yang justru lebih parah demi konten dan ke-viralan nya yang tidak berguna untuk mencari nafkah.

Oleh karena itu, kita harus menghentikan aksinya dengan stop menonton live mereka dan jangan memberi apapun kepada mereka. Baik itu komentar ataupun gift. Kalau bisa langsung diskip saja. Karena dengan 3 detik mampir ke live mereka akan mempengaruhi algoritma TikTok yang kemungkinan akan semakin memviralkan tindakan 'mengemis' mereka.

Akan jauh lebih baik jika mereka memanfaatkan platform TikTok dengan bisnis atau jualan online. Yuk kita harus lebih bijak lagi dalam menggunakan media sosial.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/01/07/200000765/fenomena-mengemis-online-di-tiktok-dari-berendam-hingga-mandi-lumpur?page=all

https://vt.tiktok.com/ZS8knREFw/  

https://kumparan.com/how-to-tekno/gift-paus-tiktok-ini-kisaran-harganya-1zAswIbfDDw 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun