Mohon tunggu...
Chitra Aleida Divakaruni
Chitra Aleida Divakaruni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sanski Ekonomi China kepada Korea Selatan: Lotte Group menjadi Sasaran Utama

28 Februari 2024   23:12 Diperbarui: 28 Februari 2024   23:12 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

China memberikan sanksi ekonomi kepada Korea Selatan. Tindakan tersebut dilakukan oleh China sebagai bentuk penolakan atas penempatan Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan.

THAAD adalah sistem pertahanan rudal yang mampu mencegat dan memusnahkan serangan rudal balistik. Dalam hal ini, Korea Selatan bekerja sama dengan Amerika Serikat. Namun, kerja sama itu mendapat respon negatif dari pemerintah China. Respon tersebut ditunjukkan melalui pemboikotan terhadap perusahaan Lotte Group yang beroperasi di China.

Penempatan THAAD di Korea Selatan merupakan cara Korea Selatan untuk meningkatkan pertahanan negaranya. Uji coba senjata nuklir yang dilakukan Korea Utara terbilang intens. Hingga tahun 2016 setidaknya sudah lebih dari lima kali percobaan penting yang dilakukan oleh negara tersebut. Aktivitas tersebut mendapat peringatan dari PBB dengan dikeluarkannya resolusi PBB 2270 terkait uji coba dari Korea Utara. Resolusi ini merupakan keenam kalinya yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB terkait itu nuklir di Korea Utara. Hal itu mendorong Presiden Hwang Kyo-ahn memerintahkan  untuk mempercepat instalasi THAAD di Korea Selatan. Langkah ini dilakukan Korea Selatan untuk menghadapi ancaman rudal dan senjata pemusnah massal Korea Utara.

Di samping itu, alasan China menolak penempatan THAAD di Korea Selatan karena China menganggap rudal THAAD dapat menjadi ancaman bagi negaranya. Salah satu radar yang ada dalam teknologi tersebut dapat melihat penyebaran dan perkembangan senjata yang dimiliki China. Oleh sebab itu, China percaya bahwa selain meningkatkan pertahanan terhadap rudal balistik Korea Utara, THAAD juga ditujukan yaitu melemahkan keamanan China.

Sebagai bentuk protesnya, China melakukan sanksi ekonomi kepada Korea Selatan. Langkah ini diambil karena China mengetahui bahwa pada saat itu perekonomian Korea Selatan cukup bergantung kepada China.

China merupakan  mitra dagang terbesar Korea Selatan yang menyumbangkan lebih dari 25 dan 21 persen total ekspor barang dan jasa pada tahun 2016. Sebagian besar ekspor barang dagangan adalah perdagangan pengolahan bahan-bahan setengah jadi. Karena ekspor menyumbang sekitar 40 persen terhadap PDB Korea Selatan pada saat itu. Sehingga gangguan apa pun terhadap perdagangan dengan China dapat mengancam perekonomian secara keseluruhan.  

Sebaliknya, China hanya menerima 10 persen impor barang dagangannya dari Korea Selatan, dan tidak bergantung pada Korea Selatan sebagai pemasok utama perdagangan jasa utama. Maka, kebijakan yang ditetapkan oleh China sebagai bentuk protes merupakan langkah yang tepat.

Konglomerat Korea Selatan, Lotte Group, adalah korban utama dari sanksi ekonomi ini. Lotte Group pada saat itu mengandalkan pasar Tiongkok untuk sekitar 25 persen penjualannya di luar negeri. Lotte menjadi sasaran karena mereka terlibat langsung dalam perselisihan politik, setelah menandatangani perjanjian pertukaran lahan untuk menyediakan lahan yang dibutuhkan kementerian pertahanan Korea Selatan untuk memasang baterai rudal THAAD pada akhir Februari 2017.

Gangguan paling menonjol yang dihadapi Lotte adalah campur tangan peraturan: keputusan pejabat pemerintah yang berdampak negatif pada operasi komersial. Korban paling menonjol adalah jaringan hipermarket Lotte, Lotte Mart. Pada minggu pertama bulan Maret 2017, 23 toko Lotte Mart telah ditutup paksa. Meskipun ada beberapa variasi dalam alasan yang disebutkan, alasan yang paling dominan adalah terkait dengan pelanggaran keselamatan kebakaran. Pola campur tangan ini berlanjut sehingga pada bulan Agustus, 74 dari 112 toko Lotte Mart di Tiongkok telah ditutup karena alasan yang sama, dan Lotte secara mandiri membuat keputusan untuk menutup 13 toko tambahan karena tantangan pasar. Banyak yang tidak pernah dibuka lagi. Penjualan Lotte Mart dari tahun ke tahun menurun sebesar 76,9 persen pada tahun 2017, dan pada bulan Oktober 2018 konglomerat tersebut mengumumkan penarikan penuh Lotte Mart dari pasar China.

Selain Lotte Mart, bisnis Lotte lainnya juga mengalami tantangan regulasi termasuk investigasi pajak yang berkepanjangan, denda, penundaan persetujuan perizinan, dan setidaknya satu kasus penyitaan properti. Dugaan pelanggaran peraturan kebakaran menyebabkan penutupan sejumlah fasilitas Lotte, seperti pabrik penganan, dan juga menjadi dasar penangguhan proyek pembangunan senilai $2,6 miliar di Shenyang. Produk dan layanan Lotte juga menjadi sasaran boikot dan vandalisme yang populer. Total kerugian pada tahun 2017 diperkirakan mencapai $1,78 miliar, dan beberapa usaha bisnis Lotte di daratan terus mengalami kesulitan sejak saat itu.

Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh China bisa dianggap wajar. Kekhawatiran China soal THAAD ini dapat dijelaskan melalui konsep security dilemma. Di dalam bukunya, Ken Booth dan Wheeler mendefinisikan  security dilemma sebagai berikut: "between states over motives, intentions and capabilities of others, and generating  likely  responses  that would    increase    the    risk    of creating   a   significant   level   of mutual hostility". Intinya, security dilemma terjadi karena ketidakjelasan pemahaman suatu negara terhadap negara lain yang nantinya mampu menggiring suatu negara memberikan reaksi yang beresiko timbulnya permusuhan dalam hubungan negara-negera tersebut.

Dalam kasus China dan Korea Selatan, pemerintah China memiliki pemahaman lain soal pengadaan THAAD. Meskipun Korea Selatan telah menegaskan bahwa THAAD digunakan untuk kepentingan Korea Selatan dalam rangka mewaspadai ancaman nuklir dari Korea Utara, pemerintah China tetap menilai ada maksud lain dari pengadaan THAAD itu. Maksud lain tersebut seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu, soal radar yang mampu mampu mendeteksi penyebaran serta perkembangan yang dimiliki China. Sehingga pada saat itu, China mengalami dilema keamanan yang memunculkan reaksi berupa sanksi ekonomi terhadap Korea Selatan.

China telah mengambil langkah yang tepat untuk memberikan sanksi ekonomi. Pemerintah China mengetahui bahwa perekonomian Korea Selatan saat itu memiliki ketergantungan dengan China. Dijelaskan sebelumnya bahwa China merupakan mitra dagang terbesar yang dimiliki Korea Selatan sehingga jika terdapat sedikit saja gangguan maka akan berdampak buruk pada perekonomian Korea Selatan.

Dalam sebuah artikel yang berjudul "The microfoundations of economic sanctions" karya Jonathan Kirshner, ia berpendapat bahwa efektivitas sanksi ekonomi tidak bergantung pada dampak keseluruhan terhadap perekonomian yang menjadi sasaran, namun bagaimana kelompok-kelompok yang berbeda dalam sasaran terkena dampaknya, dan pada kapasitas masing-masing kelompok dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah. Terdapat tiga poin dalam pendapat itu, yang pertama tentang dampak keseluruhan terhadap perekonomian. China tidak serta-merta mengguncang seluruh aspek perekonomian Korea Selatan, tetapi China fokus pada kelompok-kelompok yang paling berpengaruh di Korea Selatan. Poin yang kedua ialah kelompok-kelompok tersebut terkena dampaknya. Terdapat lima kelompok konglomerat di Korea Selatan: Lotte Group, LG, Hyundai, Samsung, dan SK Group. Salah satu kelompok yang menjadi sasaran dalam kasus ini adalah Lotte Group yang memiliki peran cukup besar dalam pengadaan THAAD Telah diketahui bahwa Lotte Group menyetujui pertukaran lahan kepada kementerian pertahanan Korea Selatan untuk penempatan THAAD. Hal itu membuat Lotte Group mendapat "poin plus" untuk dijadikan sasaran sanksi ekonomi. Poin ketiga adalah tentang "menyerang" pelaku ekonomi yang memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan pemerintah. Sebagai perusahaan global, Lotte Group tentu memiliki pengaruh yang besar untuk negaranya termasuk soal kebijakan pemerintah Korea Selatan. Lotte Group menjadi salah satu chaebol di Korea Selatan. Chaebol adalah istilah yang merujuk pada konglomerat besar dan biasanya dikendalikan oleh keluarga yang dikenal memiliki pengaruh politik yang signifikan karena memiliki "cozy relationship" atau hubungan yang dekat dengan pemerintah Korea Selatan. Dari ketiga kriteria tersebut, menjadikan Lotte Group khususnya Lotte Mart sasaran empuk untuk sanksi ekonomi. Ditambah produk-produk di Lotte Mart adalah produk yang mudah untuk dicari penggantinya. Sehingga, meskipun puluhan toko Lotte Mart dipaksa tutup, itu tidak berdampak buruk bagi warga China.

Kesimpulan yang dapat diambil dari peristiwa ini bahwa setiap negara akan selalu mengedepankan kepentingannya. Kedua negara tersebut ingin meningkatkan dan melindungi pertahanannya melalui cara yang berbeda. Namun perbedaan tersebut justru membuat hubungan antara China dan Korea Selatan memanas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun