Mohon tunggu...
Aleezadantalion
Aleezadantalion Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lost and lonely

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Apa Salah dan Dosa Jengkol?

8 Agustus 2014   06:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:06 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang sudah ngeri duluan mendengar kata jengkol. Entah beneran anti atau hanya ikut-ikutan teman karena gengsi kalau ketauan suka makan jengkol. Untuk beberapa orang, suka makan jengkol adalah sebuah aib yang harus ditutup rapat-rapat . But why? Apa yang salah kalau suka makan jengkol? Sungguh mengenaskan memang nasib jengkol ini, selain dihina-dina oleh hatersnya, loversnya bukannya membela malah ikut-ikutan membully (padahal kalo dirumah doyaaan abis sepiring hahahaha)

[caption id="attachment_337146" align="alignnone" width="300" caption="http://jepretanhape.wordpress.com "][/caption]

Buat kalian para jengkol’s haters yang memandangnya sebagai makanan rendahan, FYI harga jengkol sekarang ada dikisaran Rp. 60.000/kg (info dari emak gue). Itu masih mentah loh, belom jadi masakan. Jauuuuuuh lebih mahal daripada Kentucky Fried Chicken. Saya sendiri adalah penggemar jengkol (sebenernya pemakan segala sih) makanya saya ingin memberikan perspektif saya mengenai buah yang punya nama latin Archidendron pauciflorum ini. Dirumah saya, jengkol adalah makanan mewah karena hanya dimasak kalau sedang long weekend atau liburan sekolah. Berbeda dengan ayam atau beef yang penampakannya sering seliweran dimeja makan. Sebab musababnya tentu saja untuk menghindari tercemarnya toilet umum baik dikampus, sekolah ataupun kantor (gue, ade gue, bokap nyokap).

Banyak orang yang ga suka jengkol karena wanginya yang aneh. Memang kalau orang yang memasaknya kurang ahli, jadinya malah makin bau daripada aslinya. Untung mama saya kemampuan masaknya 11/12 sama Farah Quinn (walopun bodinya jauuuuuuh) jadinya saya gapernah menemukan bau bau aneh selain dari air pipis. So, saya akan bocorkan resep rahasia keluarga kami agar jengkol yang dimasak ga bau. Pertama, sebelum masak coba deh jengkolnya direndam dulu. Kalo bisa rendam semalaman dan taro tuh rendeman diluar. Soalnya suka bau gitu, sedangkan rendamannya ga boleh ditutup biar baunya hilang. Tips selanjutnya tergantung dari jengkolnya mau dimasak seperti apa. Kalau mau digoreng, cukup dikasih beberapa siung bawang putih diminyaknya. Goreng dah tuh bareng-bareng sama si jengkol. Sedangkan buat dibikin semur, sehabis direndam jengkolnya di presto. Kalau udah empuk, baru deh dibumbuin pakai berbagai rempah-rempah (gue ga ngerti rempah T.T). Dijamin deh ga akan bau.

[caption id="attachment_337147" align="alignnone" width="300" caption="www.bango.co.id"]

1407432750686939903
1407432750686939903
[/caption]

Dari yang saya perhatikan, ada tiga kemungkinan kenapa orang ga suka jengkol. Kemungkinan pertama adalah termakan sugesti. Mereka udah banyak dengar sana sini kalau jengkol itu bau lah, pahit lah, kampring lah. Maka dari itu sejak pertama kali mereka nyicip, penilaian mereka tidak objektif karena sudah dipengaruhi sugesti tadi. Kemungkinan kedua, ga sesuai dengan lidah mereka (kaya gue yang ga doyan lobak karena rasanya aneh atau orang2 yang ga suka cumi karena menurut mereka dagingnya aneh, baunya amis dan bentuknya kayak totong). Kemungkinan terakhir, pengalaman pertamanya dengan jengkol berakhir tragis karena yang masaknya gagal. Yang ini gabisa disalahkan sih, karena yang salah tukang masaknya. Coba anda bayangkan, anda sudah membuang pikiran kotor terhadap jengkol, memberanikan diri untuk mencoba (ala ala petualang kuliner), dan berkhusnudzon terhadap apa yang akan terjadi kelak, eh tau-tau pas digigit jengkolnya masih setengah mateng. Jengkolnya yang masih muda pulak, yaaaaa saya cuma bisa bilang ikut berbelasungkawa aja deh hahahaha. Jangankan yang baru pertama makan, saya aja yang doyan kalau cara pengolahannya salah bisa muntah.

Sebagai penggemar, hati saya terpanggil untuk membersihkan nama baik jengkol yang sudah tercemar akibat ulah tak bertanggungjawab beberapa oknum. Saya juga ikut mempengaruhi teman-teman dekat agar merubah cara pandangnya. Sudah banyak teman-teman saya yang berani mencoba dan akhirnya malah ketagihan. Kalau ada temen yang berani ngomong macem-macem dan merendahkan jengkol beserta penikmatnya gampang tinggal saya bawa ke rumah (dengan penekanan melalui taruhan kalo ga enak gue kerjain tugas dia satu semester) untuk makan jengkol masakan mama saya. Dan tadaaaaaa... setiap kasus selalu berakhir dengan “ih kok enaaak?” atau “rasanya ga seaneh yang orang bilang ah” dan ada juga yang ga ngomong apa-apa tapi langsung nambah porsi gapake malu. Duh aduuuuh makanya jangan underestimate dulu dong, cobain dulu baru komentar. Kan malu kalo udah koar koar pake urat pulak, eeeh pas nyoba malah doyan.

Saya sengaja ga membahas tentang manfaatnya ataupun bahayanya. Karena kalau saya jelasin manfaatnya, nanti yang tergerak untuk makan hanya akan menjadikan jengkol sebagai obat. Yang namanya obat walaupun ga enak pasti bakalan tetap dimakan kan? Nantinya pembaca hanya berkesimpulan “walaupun bau dan tidak enak, jengkol banyak manfaatnya”. Sedangkan tujuan saya menulis ini adalah untuk mengubah stereotypes mengenai jengkol yang berkembang dimasyarakat. Sama percumanya dengan kalau saya bahas bahayanya, malah makin membuat orang enggan untuk hanya sekedar mencicip. Padahal diluaran banyak orang yang menjadikan junk food sebagai makanan sehari-hari tanpa mempedulikan bahayanya bagi tubuh. Sedangkan untuk menghindari bahaya jengkol cuma 2 kok, jangan dimakan mentah-mentah (dilalap) sama jangan terlalu sering. Apalagi dilalap sering-sering, hahahaha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun