Skema dialektis Marx mengenai industrialisme, yang dimana Marx menekankan kenyataan industrialisme sebagai totalitas ekonomi-politik, dibulatkan oleh Marx menjadi kesimpulan teori strukturalisme, bahwa secara keseluruhan didalam industrialisme memiliki unsur-unsur yang saling bernegasi, saling berkontradiksi dan saling bermediasi (memperantai dan diperantai), maka untuk mengontrolnya adalah dengan memakai strategi ekonomi komando.
Marx mencoba menekan dan mengisyaratkan suatu pendapat ekonomi, bahwa kehidupan yang nyata ini adalah serba perseteruan antara penguasa dan yang dikuasai penguasa. (bos dengan anak buah, majikan dengan pembantu, tuan tanah dengan pekerja lahan, dst). Artinya, jika mengacu pendapat Marx tersebut, berarti ‘revolusi sapai mati’ adalah jargon yang harus diterapkan secara terus menerus sampai terciptanya masyarakat tanpa kelas.
Lagi-lagi, Chloe mencoba menyelami pemikiran Karl Marx, yang dimana Chloe menganggap Marx hanya memberikan gambaran mengenai gerakan pencerahan di eranya, tanpa mau menggambarkan keandaan masyarakat pasca-industrial saat ini.
Chloe menyadari, teori Marx tentang pertentangan kelas memiliki resiko ideologis yang memungkinkan terbuka lebarnya pintu Anarkisme untuk menjebol komposisi stratifikasi sosial. (analisa sosialisme perdebatan klasik Marx dengan Bakunin dalam Sidang Internasionale di Den Haag, tahun 1872).
Chloe merasa, Marx terlalu curiga dan sentimen terhadap kapitalisme, sehingga Ia memaksakan pendirian berpikirnya untuk menolak secara keras kaum borjuis, tanpa mau mengingat sisi historis manusia yang terbiasa merakit dan menerapkan sistem kemasyarakatan secara konseptual yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan ditiap era dan tiap wilayah tertentu.
Secara fair dan jujur, Chloe menyatakan bahwa manusia, yang dari ujung rambut hingga kaki dipenuhi dengan materi, tidak akan bisa terlepas dari hirarki sosial, meskipun Anarkisme diterapkan secara masif dan berhasil, struktur masyarakat akan selalu ada, dan tidak mungkin tidak ada. Yang artinya kapitalisme akan selalu memiliki posisi khusus ditengah-tengah kelompok masyarakat, dan pertentangan kelas akan terus berlanjut sampai hancurnya bumi serta langit.
Secara epostemologi, Chloe menganalisa keseriusan kritik Habermas terhadap Karl Marx yang menciptakan ideologi politik kiri, yang dimana Chloe menyimpulkan substansi kritik Habermas, bahwa jika hendak mendobrak penguasaan industrialisme yaitu, tidak perlu diadakan tindakan revolusioner, melainkan mencari jalan yang lebih solutif, diantaranya :
- Mengupayakan situasi yang saing berargumen secara dialogal dan komunikatif (demokratisasi);
- Menggantungkan perhatian kepada evolusi sosial untuk dijadikan sebagai isu sentral dengan jalan konsensus.
Hal yang mendasari mengapa Chloe menyepakati pendapat Habermas, yaitu lebih diletakan pada kenyataan untuk menyatukan kaum borjuis dengan kaum proletar kedalam situasi saling berkepentingan/sama rata sama rasa, agar terus terciptanya proses mekanisasi ekonomi dan birokrasi industri. Sebab, Chloe menuduh kedua kubu sama-sama memilki sifat pragmatis yang melekat dan akan selalu saling terikat.
Secara sempit, Chloe menyimpulkan bahwa Marx sebenarnya telah membuat aturan ideologi yang menggeser konsentrasi pada strukturalisme industrialis, yang dimana relasi internal yang berada didalam industri adalah saling bergantungan dalam suatu sistem.
Negara Marxian
Tidak sedikit pengikut Karl Marx di Indonesia mengharapkan perombakan besar-besaran pada sistem untuk mengarah kepada ideologi Marxisme.