Mohon tunggu...
Aldyno Gazza Nugroho
Aldyno Gazza Nugroho Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Saya menulis apa yang ingin saya tulis || Tertarik dengan buku, film, dan anime

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Solusi untuk Konflik Sesama Muslim

10 Januari 2024   10:41 Diperbarui: 10 Januari 2024   10:50 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) yang bertajuk The Muslim 500: The World's 500 Most Influential Muslims 2024, Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia.RISSC mencatat, jumlah populasi muslim di Indonesia mencapai 240,62 juta jiwa pada 2023. Tapi, meskipun dengan jumlah muslim yang sebanyak itu, tak membuat Indonesia lolos dari konflik internal agama. 

Konflik sesama muslim tak jarang terjadi di Indonesia. Konflik ini kebanyakan terjadi karena perbedaan pendapat, dengan jumlah pemeluk sebanyak itu ditambah lagi dengan berdirinya banyak Ormas (Organisasi Masyarakat) Islam, tentunya perbedaan seperti ini tak bisa dihindari.

Contoh konflik yang sering terjadi adalah konflik antara organisasi islam Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama (NU). Konflik antara kedua ormas ini seringkali terjadi saat penentuan hari besar Islam misalnya hari raya Idul Fitri. Meskipun keduanya didasari ajaran agama Islam yang benar, namun terdapat beberapa perbedaan dalam metode penentuan tanggal, yang tak jarang membuat pengikut kedua ormas tersebut melaksanakan hari raya Idul Fitri di hari yang berbeda. 

Sepintas hal ini tampak biasa saja namun di beberapa daerah mayoritas pengikut salah satu ormas, hal ini menjadi masalah. Seringkali pengikut minoritas merasa di "anak tiri" kan, dimana saat pelaksanaan hari raya, petugas keamanan seperti polisi hanya mengamankan hari raya salah satu ormas namun tidak dengan ormas lainnya. Begitu juga dengan pejabat setempat yang hanya mau menghadiri salah satunya saja. 

Lantas bagaimana cara mengatasi hal ini ?, apakah ada solusi tepat untuk hal ini ?. Disinilah peran Pancasila dibutuhkan. Sesuai yang tertulis pada butir-butir  pancasila sila pertama "Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa". Butir pancasila tersebut tentu tidak hanya diperuntukan bagi pemeluk antar agama namun bagi pemeluk sesama agama pula. 

Bagaimana agar nilai pancasila diatas bisa masuk terserap kedalam hati dan pikiran masyarakat ?, pendidikan jawabannya. Pendidikan formal dan non-formal semuanya memiliki peran penting agar ajaran pancasila bisa tersampaikan dengan baik. Dengan jam pelajaran PPKn dan Pancasila di sekolah, serta sosialisasi dari pemerintah, diharapkan masyarakat dapat mulai berubah dan lebih menghargai antar sesama pemeluk agama. 

Tak hanya disekolah, pendidikan di lingkungan masyarakat dan keluarga juga sangat diperlukan. Misalnya dengan tetap bersilaturahmi lebaran meskipun berbeda ormas, dan bagaimana cara orang tua menjelaskan bahwa meskipun berbeda organisasi namun semuanya tetap sama-sama bertujuan kebaikan.

Sumber :

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/10/19/10-negara-dengan-populasi-muslim-terbanyak-dunia-2023-indonesia-memimpin#:~:text=Berdasarkan%20laporan%20The%20Royal%20Islamic,62%20juta%20jiwa%20pada%202023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun