Di sudut pandang lain kebutuhan harian masyarakat semakin meningkat sehingga memerlukan income yang instan walaupun dengan nominal yang tidak terlalu besar tetapi sudah dapat menutupi kebutuhan tersebut. Dari sisi calon legislator maupun calon eksekutif, membutuhkan proses kampanye yang cepat dan efektif untuk meraup suara sehingga pada proses ini terjadi simbiosis mutualisme pada setiap penyelenggaraan pemilu.
Namun pertanyannya adalah apakah serangan “Fajar” dapat menolong setiap peserta pemilu untuk mendulang suara? Well¸ Aspek pertama dan yang utama untuk menjawab pertanyaan diatas ialah Partai Politik. Mengapa demikian? Jawaban singkatnya Karena Parpol ialah kendaraan bagi siapapun peserta pemilu untuk berkompetensi pada setiap penyelenggaraan pemilu.
Parpol lah yang mengorganisasi dan menjadi tempat bagi mesin-mesin politik untuk bekerja mendulang suara. Pemilu adalah implementasi nyata bagaimana sebuah kerja secara tim lebih utama, maka dari itu strategi maupun upaya lain wajib disusun dengan koordinasi secara terencana oleh parpol. Selain itu nama besar parpol juga berpengaruh pada pendulangan suara karena sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat sementara Parpol baru harus bekerja lebih extra untuk merayu masyarakat karena secara psikologis belum tertanam dalam benak pemilih.
Hal ini ditambah lagi dengan ketentuan parliamentary thereshold atau ambang batas parlemen sebesar 4 persen dari total suara sah pada setiap tingkatan pemilihan yang membuat PR dari setiap parpol semakin bertambah. Aspek kedua ialah Personal atau Calon Legislatif maupun Calon Eksekutif itu sendiri.
Teori sederhananya ialah serangan “Fajar” tidak dibutuhkan apabila calon tersebut sudah dikenal dan disukai oleh pemilih sehingga calon tersebut tinggal menjalankan tahapan terakhir yakni dipilih.
Namun, penerapannya tidak sesederhana teori diatas karena pada pemilih sudah terlanjur melekat budaya pragmatis seperti disebutkan sebelumnya. Namun bisa saja terjadi sesuai teori diatas bergantung pada seberapa kuatnya calon tersebut berada dibenak pemilih.
Aspek ketiga ialah peran Tim Sukses sebagai engine bagi Parpol maupun Calon untuk meraih suara sebanyak-banyaknya dari pemilih. Tugas ini yang kemudian mendorong Tim Sukses untuk melakukan berbagai cara pendekatan kepada masyarakat yang disesuaikan dengan rentang waktu menjelang hari pencoblosan.
Jika hari pencoblosan masih jauh, Tim Sukses lazimnya melakukan pendekatan door to door atau dialogis sehingga meraih suara secara lebih intim. Apabila semakin mendekati kepada hari pencoblosan maka pada tahap ini serangan “fajar” biasanya dilakukan secara masif.
Well, serangan “fajar” secara instan memang efektif dalam mendulang suara akan tetapi sangat riskan untuk diendus oleh pengawas pemilu sehingga berpotensi menjadi pelanggaran pemilu atau bahkan pelanggaran pidana pemilu. Selain itu pula serangan “Fajar” menyebabkan ongkos politik menjadi sangat tinggi yang ditenggarai menjadi titik awal korupsi.
Para calon sebetulnya bisa menghindari praktik serangan “Fajar” ini dengan terus menerus mengampanyekan diri pada masyarakat, tidak hanya pada jadwal kampanye tetapi berperan aktif membangun citra positif dimasyarakat sehingga ketika pemilu tiba maka pemilih akan melihat aspek ketokohan maupun kepartaian setiap calon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H