Mohon tunggu...
Ricardus A.B Asbanu
Ricardus A.B Asbanu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Memotret luka dalam aksara

Menulis adalah perjalanan paling pilu, berjejak dan awet dalam balutan waktu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Estetika Eksperimental Raut Mama Puisi "Rahim Mama dalam Pelukan Tanah Rantau" Karya El Joelvich

15 April 2024   07:29 Diperbarui: 15 April 2024   07:39 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Estetika Eskperimental Raut Mama Pada Puisi Rahim Mama Dalam Pelukan Tanah Rantau Karya El Joelvich 

Sastra merupakan ranah aktivitas mental yang berwujud dalam berbagai bentuk terutama puisi, kata-kata dalam tubuh teks sastra merupakan bentuk dari aktivitas mental yang dialami atau dirasakan pengarang hal ini sejalan dengan kayakinan yang diungkapkan oleh Wellek dan Weren bahwa sastra adalah bentuk ekspresif pengarang. Eksprimen adalah upaya untuk mengetahui sifat kausalitas pada suatu objek. Kausalitas atau sebab akibat adalah hubungan yang valid dalam membentuk suatu hal misalnya, dalam kahidupan sahari-hari api dapat menyebabkan adanya asap dan asap merupakan akibat dari adanya api, dari kedua hal tersebut memiliki potensi untuk memunculkan suatu hal baru lainnya seperti kebakaran misalnya. Eksprimen sesungguhnya adalah upaya untuk mengetahui secara mendetail tentang sesuatu atau untuk mencari tahu tentang latar belakang terjadinya sesuatu. Esksprimental merupakan suatu bidang yang berupaya untuk mengetahui latar belakang terjadinya suatu fenomena yang erat kaitanya dengan proses mental. Eksprimental dalam sastra merupakan upaya untuk menakar makna teks sastra sesuai dengan pengalaman aktivitas mental, data-data eksprimen yang menjadi acuan adalah serpihan-serpihan pengalaman yang terekam rapi dalam ingatan sehingga bisa dikonstruksi dalam suatu aktivitas untuk memaknai teks sastra. 

Sastra adalah suatu bidang yang berdiri sendiri sebagai bidang keilmuan yang bersifat humanistik dan memiliki nilai-nilai estetika, moral, etika, dan sosial bahkan sastra tidak akan terlepas dari kehidupan manusia. Demonsastra berarti sastra dari, oleh, dan untuk manusia, manusia menciptakan sastra dengan tujuan berguna kembali untuk manusia dengan alasan tertentu. Kehadiran sastra sebagai bentuk ekspresif manusia tidak terlepas dari proses mental psikologis sehingga ketika karya tersebut dibaca memiliki sugesti dalam perasaan pembaca sehingga menarik psikologi pembaca untuk memasuki ranah teks tersebut melalui penghayatkan secara mendalam tentang makna teks tersebut. Psikologi dan sastra merupakan disiplin ilmu yang berbeda namun disatukan dalam teks sastra yang berguna untuk menarik pembaca agar merasakan jiwa yang dilentangkan pengarang dalam teks sastra tersebut sekaligus merupakan hasil imajinasi atau perasaan pengarang yang memiliki nilai psikologis. 

Puisi Rahim Mama Dalam Pelukan Tanah Rantau memiliki estetika tersendiri yang secara psikologis membuat pembaca terjun dalam pilu dan bahkan tergenang dalam lautan air mata. Ketika membaca puisi ini secara mendalam mampu membuat pembaca terbangun sacara mental untuk bereksprimen tentang makna yang dilukiskan pengarang melalui pemillihan diksi yang begitu indah sehingga membantu harmonisasi musikal puisi ini dan memperkokoh nilai estetik yang menghanyutakan perasaan secara lembut dan secara batiniah sudah memiliki kontak secara otomatis dengan perasaan pembaca. Pada judulnya sudah terselip sugesti, sebab tentang Rahim Mama, itu adalah surga pertama untuk semua manusia, pembaca diarakan menuju pengkuannya untuk bereskprimen tentang Mama dan keluarbiasaanya. Mama adalah manusia tanpa pamrih, memiliki pengorbanan yang luar biasa, puisi ini seutuhnya akan bercerita tentang Mama dengan, rindunya, cintanya, penyesalannnya, dan bahkan pada setiap dering telpon, Mama manjelaskan rindunya dengan tetesan air mata pada tubuh telepon yang mati rasa, seharusnya ketika air mata itu menetes bukan membasahi pundak telepon tetapi yang basah itu adalah pundak yang semestinya rindu Mama berlabuh. 

Eksprimental pada puisi ini tergambar jelas pada bait pertama yang seakan menjelaskan bahwa Mama adalah lumbung kasih dari segala cinta yang kemarau sebab sekalipun kita bercela pada tatapnya, maaf Mama tidak pernah beranjak dari bibir yang pandai menyembunyikan aib keluarganya. Bagaimana seseorang berada pada jarak yang memisahkan dirinya dengan Mama yang penuh kasih itu, disini puncak eksprimental terletak kala puisi ini didengungkan maka ingatan mulai berlari, beranjak kecemasan Mama, do'anya di sepertiga malam, tangguh hatinya mendengar cerita tentang dunia yang selalu memusuhi orang-orang baik, pundak kegilisahnya kala dering tiba pada kupingnya tentang meteran kos yang berdentang sejak mentari menyapa bumi, beras yang memilih minggat munuju jamban, dan mesin ATM yang sepi pengunjung sejak dua minggu lalu. Eksprimental penuh air mata sepanjang perjalanan menelusuri bait-bait yang utuh bercerita tentang Mama dan segala kecemasanya dipangkuan jarak dan rindunnya dipelupuk waktu.

Estetika eksprimental paling kuat yang hadir dalam benak pembaca setelah membaca puisi ini adalah kata-kata Mama sebelum jarak menjadi pemisah antara tatap dan ratap, kata-kata itu memilki kekuatan psikologis tersendiri sehingga secara tidak sadar kata-kata itu menjadi pengatur ritme langkah kehidupan, mengatur tutur kata, hingga penunjuk arah dan posisi yang semestinya. Mama adalah motivator handal, pencipta quotes yang pendai meski tak mahir menyusun kata namun kata sederhananya lebih dari segalanya. Pada puisi ini juga pengarang menggambarkan Mama sebagai sosok yang kuat bertengkar, bahkan Tuhan saja Ia lawan demi anaknya dan perjalanannya menuju masa depan yang Ia sendiri tak tahu akan bersamanya kelak atau hanya menghantarnya kemudian dalam pekat Ia akan menatap dalam ratap, seperti pada larik puisi ini :

"Tuhan....

Anak kesayangan saya hanya satu 

Mengapa harus lekas menghadap diriimu? 

Dia masih bertumbuh, sama sekali belum utuh 

Mengapa dengan teganya terbunuuh ?

Tuhan, tolong......" 

Penggalan bait puisi diatas pengarang menggambarkan keresahan Mama yang begitu mengerikan tentang anaknya. Nada tanya mama pada larik mengapa dengan teganya terbunuh? Adalah bentuk nyata perasaan Mama kala disekat oleh jarak dan tubuh anaknya jauh dari dekapan sehingga satu-satunya harapan Mama adalah mendekapnya dalam do'a kepada Tuhan yang maha pelindung, sebab itu adalah dekapan hangat yang abadi dari Mama sepanjang nafas kehidupan. Puisi ini secara tersirat mengajak pembaca menapaki jalan keindahan mencari Mama dalam eksprimental yang membantu menemukan Mama dalam balutan jarak, waktu, dan ruang sebab Mama adalah rindu yang abadi dan Mama adalah perjumpaan tanpa selamat tinggal. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun