Biaya produksi yang membengkak ini akan berakibat pada kenaikan harga mebel pada pasaran, sehingga berat bagi pengusaha untuk menjualnya, dan semakin susah juga sebagai pihak konsumen untuk mencari perabot berkualitas dengan harga terjangkau.
3. Harga Bahan Baku
Kebijakan kenaikan harga BBM menyebabkan segala macam harga produk yang meningkat. Harga bahan baku kayu juga meningkat akibat kenaikan BBM, mengingat perlunya mesin-mesin dan kendaraan berbahan bakar minyak untuk mengolah kayu dari hutan hingga menjadi potongan yang siap di distribusikan ke pabrik-pabrik. Kondisi ini tentunya dirasakan oleh para pelaku usaha furniture dan kerajinan. Secara rasional maka harga produk akhir furniture juga akan naik.
Tentunya akan menjadi sulit bagi kita para konsumen untuk membeli furniture atau perabotan yang berkualitas tetapi dengan harga yang tidak mahal. Dengan harga bahan baku yang naik, otomatis harga jual di pasar juga akan naik sehingga akan berakibat pada penjualan perabot di pasaran.
4. Ekspor Menurun
Keputusan kenaikan harga BBM ini juga memicu inflasi di Indonesia. Bukan hanya konsumen yang terdampak, tetapi para produsen juga kesusahan dalam mengekspor produk furniture atau perabotan mereka ke luar negeri.Â
Produk mebel dan kerajinan asal Indonesia menjadi turun dalam penjualan pasar internasional akibat dari ‘market shock’ yang terjadi karena kenaikan harga BBM di Indonesia. Penurunan penjualan ini membuat beban dari perusahaan furnitur dan mebel semakin membengkak.
5. Turunnya Kualitas Estetika
Dengan meningkatnya harga bahan baku mebel yang diakibatkan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Produk (BBM), para pelaku UMKM mebel khususnya kayu, kesusahan dalam melakukan penjualan, dan pasar penjualan tidak lagi seramai sebelumnya. Ada penyesuaian dengan kenaikan harga BBM, yang imbasnya mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap mebel khususnya kayu.Â