Gagasan atau ide "Indonesia Emas 2045" marak di kalangan masyarakat saat ini. Sebelum itu, pemerintah harus berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai target yang diinginkan. Berbagai langkah terus digalakkan oleh pemerintah agar Indonesia sukses mencapai Indonesia Emas 2045. Pada tahun 2045, Indonesia genap berusia 100 (seratus) tahun atau 1 (satu) abad, menjadi negara maju, adil, dan berdaya saing global adalah cita-cita bangsa Indonesia.
Masih lama, mengapa dipikirkan sekarang?
Memang masih 20 (dua puluh) tahun lagi. Namun, kita juga harus mempersiapkan bibit-bibit unggul mulai dari sekarang, bayi maupun anak-anak kecil menjadi aset yang harus dididik sejak dini agar menjadi generasi muda karena di tangan merekalah bangsa Indonesia dipertaruhkan. Generasi muda adalah sumber daya manusia yang akan menjadi penggerak dan penentu kemajuan Indonesia di masa depan. Namun di balik semangat menuju Indonesia Emas, ada kekhawatiran yang dirasakan oleh masyarakat.
Tantangan Indonesia Emas bisa berubah menjadi Indonesia Cemas jika masih belum bisa mengatasi apa yang menjadi kendala, yakni ketimpangan penduduk yang dari awal kemerdekaan belum bisa teratasi. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke-empat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dengan jumlah penduduk 276 juta jiwa mencapai Rp5000 triliun, lebih dari 57,17% tersebar di pulau Jawa. Sisanya terdistribusi di wilayah lain bagian Indonesia.
Tidak meratanya pertumbuhan penduduk, juga menyebabkan terjadi ketimpangan dalam pertumbuhan ekonomi. Sumber perekonomian Indonesia masih mengandalkan sumber daya alam yang semakin lama semakin menipis dan Indonesia hanya mampu mengekspor bahan mentah yang dijual dengan harga murah, sedangkan pertumbuhan sumber daya manusianya semakin di atas rata-rata dan semakin sulit untuk ditangani. Pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 5,05 persen, di mana hal ini sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 5,31 persen.
Berdasarkan laporan World Economic Outlook (WEO) yang dirilis IMF pada April 2023, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5% pada tahun 2023 dan terus menguat hingga mencapai 5,1% pada tahun 2024. Namun, laporan WEO pada Juli 2023 menyebutkan bahwa nilai tersebut sedikit diturunkan menjadi 5%. Dalam WEO pada Oktober 2023, IMF mengatakan bahwa untuk menjadi negara maju, masih ada dampak ketidakpastian global.
Indonesia masih harus berjuang lebih keras untuk mencapai Indonesia Emas 2045 karena untuk menghadapi tantangan dunia dengan kemajuan, maka mulai dari dasar di mana pendidikan harus diterapkan. Namun sangat disayangkan, perkembangan pendidikan di Indonesia masih tidak memadai. Akses dan kualitas yang tidak merata, sekolah di daerah terpencil yang masih tertinggal, kekurangan fasilitas, infrastuktur dan guru yang kurang berkualitas dibandingkan guru yang berada di sekolah kota. Contoh kasusnya dapat dilihat dalam tayangan Official NET News yang diunggah pada 29 September 2022, keterbatasan sarana dan prasarana untuk menunjang pendidikan dirasakan oleh siswa/i Sekolah Dasar Negeri Cibaregbeg 2, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Dalam satu kelas diisi setidaknya 63 siswa/i, satu meja terdapat tiga hingga empat siswa dan yang tidak kebagian akan duduk dilantai untuk menulis. Sungguh begitu mirisnya, sudah 7 tahun kondisi ini terjadi karena kelas ambruk dan tidak kunjung diperbaiki oleh pemerintah setempat. Kesadaran dari pemerintah setempat masih kurang dalam memperhatikan lingkungan pendidikan untuk keberlangsungan pembelajaran.
Pendidikan adalah kunci utama untuk mencapai Indonesia Emas. Namun sayangnya, permasalahan pendidikan di Indonesia masih menjadi satu faktor yang kompleks dan membutuhkan solusi yang tepat. Perkembangan Indonesia dalam pendidikan berdasarkan data GoodStats tahun 2022 yaitu S3 (0,02%), S2 (0,31%), S1 (4,39%), D3 (1,28%), D1&D2 (0,41%), SMA (20,89%), SMP (14,54%), Tamat SD (23,4%), Tidak tamat SD (11,14%), dan Tidak/Belum Sekolah (23,61%). Dari data tersebut bisa digarisbawahi bahwa masih ada ketidaksetaraan dalam pendidikan yang cukup besar dalam masyarakat Indonesia di mana masyarakat yang belum/tidak sekolah masih dominan dan untuk pendidikan di jenjang D1 hingga S3 hanya menyentuh angka (6,41%), sedangkan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengandalkan sumber daya alam.
Mengelola sumber daya alam tidaklah mudah, apalagi semakin hari sumber daya alam semakin menipis. Oleh karena itu, kita pasti memerlukan sumber daya manusia untuk keberlangsungan ekonomi. Namun, masalah terbesar kita berada di sumber daya manusia yang rata-rata IQ anak-anak Indonesia hanya 78,49 yang berada di urutan 130 di dunia dan hanya setara dengan Papua Nugini dan Timor Leste. Penyebaran pertumbuhan ekonomi Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan daerah lain tertinggal yang menyebabkan ketimpangan pendapatan dan akses terhadap layanan publik.
Indonesia, seperti negara lain yang sedang berkembang, menikmati kemajuan pesat teknologi. Namun di balik kemajuan tersebut, ada juga permasalahan yang perlu diatasi. Keterampilan digital masyarakat Indonesia masih bervariasi. Banyak yang belum paham teknologi atau belum memiliki kemampuan yang cukup untuk memanfaatkan teknologi secara optimal. Namun dalam persaingan teknologi, kita juga harus dapat membatasi diri agar tidak terlalu terlena dalam menggunakan teknologi karena sekarang banyak hal negatif tersebar di media sosial, seperti influencer, artis bahkan pemimpin negara yang memberikan tontonan yang tidak layak untuk perkembangan generasi muda bangsa Indonesia. Melalui tontonan saja bisa mempengaruhi perkembangan seseorang, maka itu kita harus menjadi manusia yang cerdas untuk memberikan hal yang pantas dan berguna untuk menuju Indonesia Emas.
Pada tahun 2045, bonus demografi Indonesia yaitu jumlah penduduk Indonesia 70% dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun) pada periode tahun 2022-2045. Momentum ini harus dimanfaatkan oleh pemerintah. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, bonus demografi ini akan berdampak negatif terhadap permasalahan sosial seperti kemiskinan, kesehatan yang buruk, pengangguran, dan tingginya angka kejahatan mengingat fakta yang akan dihadapi Indonesia, bonus demografi tidak bisa dihindari.
Pemerintah juga mulai meratakan penduduk dengan dibangunnya Ibu Kota Nusantara (IKN), pemerintah memindahkan ibu kota Indonesia dari Jakarta yang padat penduduk menuju ke Kalimantan yang masih memiliki banyak lahan untuk perkembangan penduduk dan lahan untuk membangun pekerjaan bagi pengangguran.
Menuju Indonesia Emas 2045 bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Negara hanya menjadi wadah untuk menyongsong kita menuju generasi yang maju dan dapat bersaing global. Kita sebagai generasi muda juga harus mempu menyatu dengan perkembangan yang pemerintah sediakan. Menuju Indonesia Emas 2045, generasi muda harus siap akan segala tantangan yang terjadi di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI