Meskipun interaksi langsung tetap penting, di era digital, politik ritel juga bisa disinergikan dengan kampanye melalui media sosial. Bimber dalam bukunya berjudul "Information and American Democracy: Technology in the Evolution of Political Power" terbitan tahun 2003, mengemukakan bahwa media digital menawarkan cara baru bagi kandidat untuk memperluas jangkauan kampanye mereka.Â
Kandidat dapat mengunggah momen interaksi langsung ke media sosial, sehingga memperluas dampak politik ritel. Namun, sinergi ini juga harus dilakukan secara hati-hati.Â
Jika tidak dikelola dengan baik, media sosial bisa menjadi sarana bagi kandidat untuk lebih menonjolkan pencitraan daripada substansi. Oleh karena itu, dalam penggunaan media sosial, kandidat harus tetap fokus pada pesan-pesan yang substansial dan relevan bagi pemilih.
Akhirnya, politik ritel tetap relevan dalam konteks Pilkada serentak ini, termasuk di Sumatera Selatan, di mana hubungan personal antara pemimpin dan pemilih sangat dihargai. Namun, penting bagi kandidat untuk menyeimbangkan strategi pencitraan dengan substansi program.Â
Pemilih dan masyarakat sipil memiliki peran penting dalam memastikan bahwa politik ritel tidak hanya menjadi ajang pencitraan, tetapi juga merupakan komitmen untuk membawa perubahan nyata. Dengan cara ini, politik ritel dapat menjadi alat positif untuk memperkuat demokrasi lokal dan mewujudkan tata kelola yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H