Di tengah dinamika politik yang terus berubah, strategi kampanye yang digunakan oleh para calon pemimpin semakin beragam. Salah satu pendekatan yang sering ditemui adalah politik ritel, yaitu strategi kampanye yang menekankan interaksi langsung antara kandidat dan pemilih.Â
Dalam konteks Pilkada serentak saat ini, politik ritel sering dianggap efektif, tetapi juga membawa tantangan yang tidak bisa diabaikan.
Apa itu Politik Ritel?
Politik ritel merujuk pada strategi kampanye di mana calon pemimpin terjun langsung ke masyarakat, melakukan interaksi tatap muka dengan pemilih. Beberapa pakar menyebutnya sebagai "home style" atau cara kandidat mendekati konstituen secara personal dan langsung.Â
Dengan demikian, kampanye berbasis interaksi langsung, seperti kunjungan ke komunitas atau acara lokal, memiliki kemampuan untuk menciptakan kepercayaan dan hubungan emosional yang kuat.Â
Kedekatan semacam ini memungkinkan kandidat untuk secara langsung merespon kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Di kita pun---maksudnya di Indonesia pada umumnya dan juga Sumatera Selatan khususnya---pendekatan ini cukup relevan.
 Norris (2017) menekankan pentingnya keterlibatan personal di tengah masyarakat yang masih menghargai kehadiran fisik seorang kandidat. Melalui politik ritel, masyarakat merasa bahwa calon yang mereka temui secara langsung lebih dekat dan lebih memahami persoalan yang mereka hadapi.
Salah satu keunggulan politik ritel adalah kemampuannya, untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan pemilih. Di Sumatera Selatan misalnya, politik ritel sering dimanfaatkan oleh calon untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat di pasar tradisional, pertemuan desa, atau acara komunitas.Â
Menurut Aspinal dan Mietzner (2019), di banyak daerah di Indonesia, masyarakat cenderung memilih calon yang mereka rasakan dekat secara personal.
Pendekatan ini menciptakan persepsi bahwa calon pemimpin yang hadir secara fisik memiliki komitmen yang lebih kuat terhadap isu-isu lokal. Misalnya, dalam kampanye Pilkada ini, beberapa calon menggunakan kunjungan lapangan sebagai cara untuk memperkuat keterikatan emosional dengan pemilih. Hal ini memberi kesan bahwa calon tersebut lebih berempati dan peduli terhadap masalah-masalah lokal.