Mohon tunggu...
Aldo Tona Oscar Septian
Aldo Tona Oscar Septian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Nama saya Aldo Tona Oscar Septian Sitinjak. Saat ini saya menempuh pendidikan S1 Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Hobi saya yaitu membaca buku dan menulis. Saya mendedikasikan hidup untuk melawan seksisme, rasisme, dan fanatisme. Ayo Follow Instagram : @aldotonaoscar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Uang Bukan Tradisi dalam Demokrasi

13 Februari 2024   12:56 Diperbarui: 13 Februari 2024   13:03 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik Uang Bukan Tradisi Dalam Demokrasi (Sumber Gambar: Pribadi)

Dampak merebaknya tradisi politik uang di Indonesia pun kian tampak pada wajah demokrasi kita yang semakin ke sini semakin mahal biayanya, bukan menjadi ajang adu gagasan melainkan ajang kekuatan modal. Menurut saya, kondisi ini sudah memasuki fase kronis dari praktik politik uang dalam pemilu kita. Politik uang pun menjadi pusaran lingkaran setan dalam demokrasi kita yang diterapkan dari pemilihan ketua umum partai politik, pencalonan dan kampanye pemilu, pemungutan perhitungan hingga rekapitulasi surat suara semuanya menjadi ada yang kurang tanpa adanya politik uang.

Melawan Politik Uang Demi Pemilu yang Berintegritas

Pemilihan umum terkadang dipandang sebelah mata oleh kita, padahal pemilu ialah momen yang sakral dalam transisi kekuasaan di negara kita yang tercinta ini. Kita mungkin menganggap pemilu itu sekedar memilih calon legislatif dan eksekutif belaka sehingga menimbulkan sikap apatis kita dalam menggunakan hak suara dalam memilih. Sikap apatis ini menjadi bahan bakar utama dalam langgengnya praktik politik uang di masyarakat. Banyak alasan-alasan yang digunakan untuk menjadi pembenaran masyarakat dalam melakukan politik uang dalam pemilu di Indonesia, seperti anggapan pemberian uang pada pemilih sebagai rezeki yang sayang bila dilewatkan yang kemudian kita kenal dengan jargon "terima uangnya, jangan pilih orangnya". Padahal perbuatan ini tidak dibenarkan meskipun dengan pembenaran sekalipun mestinya "tolak uangnya, tolak orangnya" coba bayangkan, belum terpilih saja sudah terang-terangan menyuap masyarakat bagaimana terpilih nanti.

Politik uang merupakan ancaman serius pada Pemilu 2024 mendatang. Keberadaan politik uang tidak hanya di sekitar peserta dan pemilih belaka, akan tetapi sudah menjangkau penyelenggara pemilu itu sendiri. Terkontaminasinya tradisi politik uang di penyelenggara pemilu, bisa kita lihat seksama salah satunya Putusan DKPP tahun 2021 yang menjatuhkan sanksi pemberhentian tetap kepada anggota KPU karena terbukti menerima uang dari salah satu calon anggota legislatif dengan menjanjikan sebanyak 20 ribu suara. Putusan ini tentu menjadi peringatan sekaligus memberi edukasi bagi penyelenggara pemilu agar berhati-hati dalam memangku tanggung jawab prosesi sakral pesta rakyat Indonesia.

Menghilangkan politik uang secara instan tentu tidak mungkin, namun menekan dan meminimalisir praktik politik uang menjadi suatu keniscayaan.

Proses pemilu ibarat mengganti nahkoda kapal agar sampai pada tujuan yang telah disepakati sebelum berlayar. Apabila penggantian nakhoda ini melalui proses demokratis namun terkontaminasi dengan tradisi politik uang maka sejatinya, nahkoda yang terpilih nanti hanya mengikuti arah dan tujuan kalangannya sendiri.

Yakinlah, bahwa politik uang bukanlah tradisi dalam demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun