Nasib malang nampaknya tengah menimpa beberapa toko ritel di Tanah Air. Perlahan tapi pasti, satu persatu toko ritel mulai berguguran. Sejumlah pihak menilai, tutupnya gerai-gerai ritel tersebut dikarenakan tingkat konsumsi/daya beli masyarakat yang kian menurun.
Namun, jika mengacu pada data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2017 naik sebesar 4,95 persen, atau naik 0,01 persen jika dibandingkan kuartal I 2017, yakni 4,94 persen.
Diketahui, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 ditopang oleh konsumsi rumah tangga 4,95 persen, investasi 5,35 persen, ekspor 3,36 persen, lembaga non-profit 8,46 persen, dan impor 0,55 persen. Maka, menjadi hal yang kurang tepat apabila runtuhnya usaha retail di Tanah Air lalu dikaitkan dengan rendahnya tingkat konsumsi/daya beli masyarakat.
Alasan lain adalah karena masifnya pertumbuhan toko online di Tanah Air. Kehadiran toko daring mampu mengubah kebiasaan cara belanja masyarakat dari tradisional ke online. Sebab, toko daring dinilai lebih praktis dan efisien tanpa harus membuang waktu lama ke toko.
Terbaru penutupan gerai ritel datang dari Lotus Department Store yang secara resmi akan melakukan penutupan toko di Thamrin, Cibubur, dan Bekasi. Bagaimana pun, industry retail memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam hal ini, dibutuhkan langkah tegas dari pemerintah untuk mengatur regulasi yang tepat agar pertumbuhan toko daring tak membunuh usaha retail di Tanah Air. Karena, selama ini tidak ada perlindungan dan regulasi yang jelas terkait perdagangan online. Alhasil, memunculkan persaingan tidak sehat dan mengakibatkan lumpuhnya sektor industry retail di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H