Prinsip harmoni (Yin-Yang) mengingatkan bahwa keseimbangan harus dijaga dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pemerataan ekonomi dan penegakan hukum. Pemerintah dapat menerapkan program pengurangan kesenjangan ekonomi, seperti pemberian subsidi langsung kepada masyarakat kurang mampu atau kebijakan afirmatif untuk daerah tertinggal. Di sisi lain, penegakan hukum yang adil dengan memberikan hukuman tegas bagi pelaku korupsi, seperti pemberlakuan sanksi sosial dan penyitaan aset, dapat menciptakan efek jera. Misalnya, kasus-kasus besar seperti korupsi BLBI dan Jiwasraya dapat dijadikan contoh penting untuk menunjukkan komitmen negara terhadap keadilan.
Â
Lebih jauh lagi, Taoisme mengajarkan bahwa pemimpin yang baik harus menjadi teladan, sebagaimana konsep Te atau kebajikan. Dalam konteks Indonesia, pemimpin yang memiliki gaya hidup sederhana dan transparan akan menjadi contoh nyata bagi bawahannya. Presiden Jokowi, misalnya, sering dianggap mempraktikkan prinsip ini dengan gaya hidup sederhana dan blusukan langsung ke masyarakat. Di tingkat lokal, kepala daerah dapat diberi insentif untuk menunjukkan integritas, seperti penghargaan dari KPK untuk daerah dengan tata kelola keuangan terbaik.
Â
Akhirnya, dengan mengedepankan kesadaran moral dan spiritual, prinsip Taoisme dapat diterapkan melalui penguatan nilai-nilai agama dan budaya lokal. Pendidikan moral berbasis agama dan kearifan lokal seperti nilai gotong royong dapat ditanamkan dalam birokrasi, sehingga mendorong individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan bersama. Dengan kombinasi langkah-langkah ini, prinsip Taoisme dapat menjadi pedoman yang relevan dan dapat direalisasikan untuk menciptakan sistem yang lebih bersih dan adil di Indonesia.
Â
Penerapan prinsip Taoisme dalam pencegahan korupsi di Indonesia bisa dimulai dengan pendekatan pada aspek individu, sistem, dan budaya. Prinsip-prinsip Taoisme, yang mengutamakan kesederhanaan, harmoni, dan penghindaran dari keserakahan, dapat menjadi fondasi kuat untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berintegritas. Salah satu titik awal adalah pendidikan moral dan etika. Mengintegrasikan ajaran Taoisme dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, baik di sekolah maupun dalam pelatihan bagi pejabat publik, dapat membantu menanamkan nilai-nilai kesederhanaan dan kebajikan sejak dini. Misalnya, dengan mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari hidup sederhana dan tidak bergantung pada kekayaan atau kekuasaan, yang merupakan esensi dari prinsip Pu dalam Taoisme.
Â
Selanjutnya, sistem pemerintahan yang lebih transparan dan efisien dapat mulai diterapkan dengan mengadopsi prinsip Wu Wei, yang mengajarkan untuk bertindak selaras dengan alam dan tidak memaksakan kehendak. Di Indonesia, ini dapat diwujudkan melalui penggunaan teknologi dalam pengelolaan anggaran dan pemerintahan, seperti sistem e-governance dan pengadaan barang secara elektronik. Penggunaan teknologi yang meminimalkan intervensi manusia ini akan mengurangi celah bagi penyalahgunaan wewenang dan praktik korupsi.
Â
Selain itu, penguatan kepemimpinan yang berintegritas juga menjadi langkah penting. Prinsip Taoisme yang mengajarkan pemimpin untuk menjadi teladan dengan hidup sederhana dan rendah hati, sebagaimana tercermin dalam konsep Te, dapat diterapkan di Indonesia. Pemimpin yang mempraktikkan prinsip ini akan lebih fokus pada pelayanan kepada masyarakat, bukan pada pengumpulan kekayaan pribadi. Misalnya, penerapan kebijakan yang menekankan gaya hidup sederhana, seperti yang dilakukan oleh beberapa kepala daerah di Indonesia yang memilih hidup dengan transparansi dan efisiensi, bisa menjadi contoh yang baik.