Menurut Fung Yu Lan, secara umum di Tiongkok terdapat tiga agama besar, yaitu Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme. Taoisme dapat dipahami baik sebagai filsafat maupun agama. Tao dipandang sebagai asal mula sekaligus bagian dari alam semesta. Dalam konteks ini, Tao memiliki dua sifat: transenden dan imanen. Tao yang bersifat transenden merujuk pada kekuatan yang menciptakan segala sesuatu di alam semesta dan berada di luar jangkauan manusia. Sementara itu, Tao yang bersifat imanen adalah alam semesta itu sendiri, yang dekat dengan kehidupan manusia. Dengan demikian, alam semesta dipandang sebagai manifestasi dari Tao.
Taoisme merupakan suatu agama, meskipun secara teori terdapat filsafat atau ajaran Tao yang bukan merupakan agama. Namun, dalam praktiknya saat ini, Taoisme diakui sebagai sebuah paham sekaligus agama karena di dalamnya terdapat ritus atau upacara keagamaan. Dalam ajaran Taoisme, terdapat tiga kitab klasik utama, yaitu Tao Te Ching, Chuang Tzu, dan Lieh-Tzu. Kitab-kitab tersebut ditulis lebih dari dua ribu tahun yang lalu, tetapi kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya tetap relevan hingga kini.
Ajaran Tao menekankan pada aspek mistisisme serta pemahaman terhadap hukum-hukum alam agar manusia dapat hidup selaras dengan alam. Ajaran ini juga mendorong manusia untuk mencapai kesatuan dengan alam secara spiritual, atau menyatu dengan Tao yang diartikan sebagai prinsip tertinggi atau Tuhan. Tao mengajarkan untuk menghindari keramaian dan kehidupan sosial yang sibuk, dengan memilih hidup di tempat yang tenang dan sepi. Hal ini dimaksudkan agar seseorang dapat merenungkan makna hakiki kehidupan dan menjadi pribadi yang bijaksana. Bagi penganut Tao, hidup di tengah masyarakat sering kali dianggap kurang selaras dengan jalan hidup yang dianjurkan.
Dalam ajaran agama Tao, terdapat empat prinsip utama yang mengajarkan manusia, khususnya umat Tao, untuk mencapai kebahagiaan tertinggi atau kebahagiaan yang abadi. Ajaran Tao menekankan pentingnya hidup selaras dan menyatu dengan alam, yang juga berarti menyatu dengan Tao (Tuhan). Keempat prinsip tersebut adalah Te, Wu Wei, Phu atau P'o, dan Sheng Ren.
Menurut Tjan Tjoe Som, Te (kebajikan) merupakan suatu kekuatan spiritual yang dapat memberikan pengaruh dan wibawa bagi orang yang memilikinya. Te ada dalam segala sesuatu, termasuk manusia, yang dapat mengembangkan diri dengan menyelaraskan dan menyesuaikan diri dengan jalan (Tao), serta bekerja tanpa paksaan atau tindakan yang bertentangan.
Seseorang yang memiliki kebajikan ini akan memancarkan kekuasaan atau wibawa kepada orang-orang di sekitarnya. Orang yang memiliki Te adalah pribadi yang bahagia, baik secara lahir maupun batin. Oleh karena itu, kebajikan ini perlu dicari dan dicintai oleh setiap individu. Te dapat diartikan sebagai kekuatan moral yang mengandung tiga unsur utama. Pertama, kekuatan yang dimiliki cenderung memberikan pengaruh positif dan menguatkan orang lain. Kedua, kejujuran yang tercermin melalui sikap dan perilaku, serta didasarkan pada kemurnian hati. Ketiga, kasih sayang, yaitu hidup untuk melayani sesama tanpa membeda-bedakan.
Dalam pandangan umum, wu wei diartikan sebagai 'tidak mencampuri.' Konsep ini merupakan salah satu keutamaan dalam ajaran Taoisme. Ketika diterapkan pada manusia, wu wei berarti hidup selaras dengan kodrat alam. Menurut Tjan Tjoe Som, wu wei dapat dipahami sebagai 'tanpa bertindak,' yang dimaksudkan bukan untuk memaksa atau mendesak, melainkan mengikuti sifat alaminya. Sebagaimana alam semesta berkembang dengan sendirinya, tanpa dorongan atau penolakan, wu wei mengajarkan harmoni dengan alur alami kehidupan.
Phu atau P'o menggambarkan kesederhanaan, kemurnian, serta keadaan yang belum terpengaruh oleh budaya maupun pengetahuan. Istilah ini sering disandingkan dengan Tzu Jan, yang berarti alami. Phu atau P'o merujuk pada individu yang menjalani jalan Tao dengan sifat sederhana dan tidak terpengaruh oleh budaya serta pengetahuan. Dalam ajaran Taoisme, hidup sederhana menjadi tujuan yang dianut. Menurut pandangan Taoisme, segala sesuatu dalam kehidupan bergerak secara berlawanan; sehingga, seseorang yang kaya dan hidup berlebihan pada akhirnya akan mengalami kemiskinan.
Kenapa Prinsip TAOISME dapat menjadi salah satu cara untuk pencegahan korupsi di Indonesia?