Mohon tunggu...
Murel Karlo Akarialdo
Murel Karlo Akarialdo Mohon Tunggu... Jurnalis - Amateur Blogger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bercerita tentang keseharian yang dijadikan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengupas Makna di Balik Slogan "Kepak Sayap Kebhinekaan" pada Baliho Puan Maharani

21 Agustus 2021   19:12 Diperbarui: 21 Agustus 2021   19:18 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, dalam tulisan lain berjudul "Kebinekaan sebagai Modal Sosial", Jannus TH Siahaan, Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran mengatakan bahwa filosofi ini indah karena tidak hanya menjamin kesetaraan dalam kebhinekaan agama, tetapi juga suku, ras maupun golongan di Indonesia, karena agama sering melekat dengan ketiganya.

"Konsep pendirian negara bangsa (nation state) oleh Sukarno menegaskan asas kesetaraan dalam ketatanegaraan, di mana setiap orang dijamin berkedudukan sama di hadapan hukum. Hal tersebut menguatkan konsensus pendiri bangsa sebelumnya bahwa Pancasila yang berjiwa inklusif sebagai dasar NKRI," tulis dia.

Sayangnya, Jannus menilai bahwa kebinekaan Indonesia belum dilembagakan sepenuhnya karena komunikasi sering hanya berlangsung dalam komunitas masing-masing. Interaksi antarwarga negara dengan mindset silo (terisolasi) akan gagal mewujudkan motto "kebinekaan adalah anugerah" karena gagal menjadikannya sebagai modal sosial yang produktif.

"Saya kira, di sinilah peran Pancasila sangat krusial. Para pendiri bangsa sebenarnya sudah melakukan diskusi dan pendalaman serius terkait problem ini sehingga melahirkan Pancasila sebagai dasar negara. Bung Karno menggali Pancasila dari nilai-nilai luhur bangsa berdasarkan kekayaan tradisi, budaya, adat, dan agama," kata Jannus.

Pada sebuah kesempatan, Presiden Joko Widodo juga pernah mengungkapkan bahwa di sisi lain, kebinekaan juga disertai dengan tantangan-tantangan. Tantangan yang harus dihadapi, kata Jokowi, berupa kebutuhan untuk menjaga toleransi antar kelompok dan bagaimana menjaga perbedaan itu tetap terikat dalam satu kesatuan.

Sementara itu, menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, Keberagaman dan kebhinekaan di Indonesia harus kita jalin dengan baik.

"Saya sebagai umat hindu di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam merasa nyaman berada di Indonesia. Tugas kita semua adalah bagaimana membina kerukunan tersebut agar semakin lebih baik. Mari kita hormati keberagaman, jaga Negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila," ucap Bintang.

Senada dengan Menteri Bintang, Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid mengatakan bahwa kerukunan merupakan modal berharga bagi Bangsa Indonesia. Kedewasaan berpikir seluruh umat beragama dan peran tokoh agama dalam menyebarluaskan nilai-nilai agama juga sangat penting untuk menjaga persatuan bangsa.

"Kita semua wajib menyadari bahwa kerukunan antara umat beragama merupakan modal berharga bagi keberlangsungan hidup bangsa kita. Perlu kedewasaan berpikir para pemeluk agama dengan pemahaman moderasi beragama yang komprehensif, sehingga dapat mencegah berkembangnya pemahaman radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme," kata Zainut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun