Berbagai strategi kini sedang ramai dicanangkan oleh sejumlah partai politik di Indonesia. Salah satu yang menggeliat adalah pemasangan baliho politisi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Terbaru adalah Ketua DPR RI menjadi pembicaraan publik lantaran banyak baliho yang mejeng di berbagai kota di Indonesia. Dalam baliho tersebut tertulis slogan 'Kepak Sayap Kebhinekaan'
Menurut sejumlah ahli politik, Puan menggunakan tema tersebut untuk mengingatkan semua elemen masyarakat termasuk kader-kader banteng bahwa saat ini gotong royong dan semangat kebhinekaan harus terus dipupuk bersama untuk menguatkan rasa kebangsaan dan semangat membangun bangsa ke depan dengan tanpa membedakan ras, suku, agama, pekerjaan, dan budaya.
Berbeda dalam sisi marketing, peran dari strategi marketing yang old school dinilai masih efektif. Hal itu diutarakan oleh Founder & Chairman Markplus, Hermawan Kartajaya. Ia mengatakan bahwa dengan perubahan zaman yang serba digital, penggunaan baliho atau billboard masih bermanfaat untuk mendapatkan awareness dari masyarakat.
"Dalam marketing kita biasanya menyebutnya dengan  omnichannel. Jadi antara marketing online dan offline harus selaras. Hal itu tentu sangat efektif dalam membangun sebuah produk," tutur Hermawan Kartajaya saat dihubungi.
Lebih lanjut Hermawan menyatakan agar tepat sasaran, perlu adanya perhitungan alokasi yang tepat.
"Dengan alokasi yang tepat, strategi marketing akan tepat sasaran, sebagai contoh, untuk marketing offline (baliho, reklame dan pamflet) dialokasikan berapa dan online (TV, media sosial) itu berapa," tutur Hermawan.
Tak hanya dalam membangun sebuah brand atau jasa. Penggunaan strategi omnichannel juga efektif bagi politisi yang ingin kampanye.
Seperti diketahui, kini bermunculan baliho para politisi dari berbagai partai untuk unjuk gigi berkampanye dalam pemilihan presiden 2024.
Para politisi itu, seperti Puan Maharani dari fraksi PDI Perjuangan, Airlangga Hartarto dari fraksi Golkar dan Agus Harimurti Yudhoyono dari partai Demokrat. Terlihat baliho mereka terpasang di sejumlah daerah di Pulau Jawa dan Sumatera.
Mengenai hal itu, Hermawan berpendapat bahwa walaupun masih terbilang jauh, kampanye politisi untuk pilpres 2024 sah - sah saja.
Mampu menyelamatkan ekonomi kreatif
Pemasangan baliho Puan Maharani dianggap mampu menyelamatkan industri kreatif. Salah satunya di Malang, Jawa Timur. Padahal mereka hampir saja kolaps dihantam pandemi Covid-19.
Ya, belakangan ini beberapa sudut utama Kota Malang terpampang besar wajah sejumlah tokoh parpol. Paling mendominasi adalah tokoh PDIP Puan Maharani dan tokoh Golkar Airlangga Hartarto. Bahkan kedua figur yang konon bakal maju Pilpres 2024 itu berdampingan di kawasan Jalan Soekarno-Hatta, Kota Malang.
Bos Perusahaan Advertising Jade Indopratama, Rachmad Santoso mengaku mendapat berkah dari maraknya fenomena elit parpol pasang baliho tersebut.
"Pastinya begitu (berkah bagi perusahaan advertising). Terus terang, sebenarnya mereka-mereka (figur parpol yang memasang baliho) ini menyelamatkan omzet para pemilik reklame di situasi Covid-19 seperti ini," ujarnya.
Selain itu, Salah satu daerah yang banyak terpasang baliho dan billboard Puan Maharani tersebut adalah Kota Solo.
Di Kota Solo, salah satu perusahaan advertising CV Grafika Gunung Emas (Gage) mendapat orderan untuk membuat dan memasang baliho Puan Maharani tersebut.
"Total ada sekitar 201 titik baliho dan billboard yang saya pasang. Itu tersebar berbagai daerah tidak hanya Solo saja," ujar Direktur Gage Design Solo, Bambang.
Bambang menjelaskan, pesanan baliho atau billboard yang pasang itu berbeda datang dari berbagai pihak. Dari Puan Maharani sendiri pasang 45 unit, lalu Gibran Rakabuming Raka juga memasang 14 unit hingga beberapa tokoh lain, seperti anggota DPR.
Baliho atau Billboard tersebut tidak hanya Puan Maharani dengan tulisan Kepak Sayap Kebhinekaan. Tapi ada juga tulisan tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Untuk daerah yang dipasang itu seperti di beberapa daerah di Jateng, Sumatera, hingga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Itu yang pasang beda-beda. Di Solo sendiri yang Kepak Sayap Kebhinekaan kurang lebih ada 45 unit, sedangkan diluar tulisan itu ada sekitar sembilan unit," ungkap dia.
Kalau lokasi di Kota Solo, lanjut dia, ada dibeberapa titik. Itu seperti daerah Baron, Banjarsari, Kandang Sapi, sekitar Terminal Tirtonadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H