Mohon tunggu...
Eldo M.
Eldo M. Mohon Tunggu... -

Berbagai Pemikiran dan Analisis dari seorang Mahasiswa Ekonomi (yang bisa SALAH dan bisa juga BENAR)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hitung Menghitung Anggaran Negara yang Menguap Bersama Subsidi BBM

30 Agustus 2014   02:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:08 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_340173" align="aligncenter" width="399" caption="Minyak Bumi, sumber energi utama (sumber: wikiality.wikia.com)"][/caption] Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu jenis subsidi yang paling banyak diberikan oleh pemerintah negara-negara berkembang, seperti India, Nigeria, Mesir, dan tentu saja Indonesia. Pemberian subsidi ini dengan asumsi untuk meringankan beban masyarakat atas harga-harga kebutuhan sehari-hari. Dengan memberikan subsidi pada BBM yang merupakan sumber energi utama, pemerintah negara-negara tersebut berharap harga-harga dapat ditekan dan konsumsi masyarakat dapat meningkat karena lebih banyak uang yang dapat dibelanjakan. Walaupun dalam jangka pendek bermanfaat, kebijakan populis semacam ini menimbulkan dampak yang lebih buruk di jangka panjang. Beberapa dampak tersebut beberapa diantaranya adalah:

  1. Meningkatnya konsumsi BBM oleh masyarakat dalam jangka panjang oleh karena harga BBM yang konstan dari tahun ke tahun sementara daya beli terus meningkat.
  2. Membengkaknya pagu anggaran negara yang digunakan untuk keperluan subsidi BBM, terutama apabila harga minyak dunia mengalami kenaikan atau terjadi fluktuasi nilai tukar mata uang.
  3. Subsidi salah sasaran dan sebagian besar lebih dinikmati oleh kalangan yang mampu, utamanya pemilik kendaraan yang sebagian adalah kelas menengah perkotaan.
  4. Adanya kemungkinan penimbunan, penyeludupan, dan penjualan BBM bersubsidi ke negara lain (contoh : Timor Leste) yang harga jualnya lebih tinggi sehingga negara dirugikan karena subsidi dinikmati oleh penyeludup.

[caption id="attachment_340177" align="aligncenter" width="433" caption="Kebijakan Fiskal (sumber: www.canstockphoto.com)"]

14093136891188461700
14093136891188461700
[/caption]

Dalam tulisan ini, saya akan sedikit memberikan gambaran kepada anda seberapa besar sesungguhnya uang yang harus digelontorkan setiap tahun oleh pemerintah untuk memberikan subsidi BBM. Perhitungan yang saya lakukan tentu tidak akan persis sama dengan realita karena hanya menggunakan data-data yang kurang lengkap ditambah asumsi-asumsi. Perhitungan yang akan ditampilkan di sini lebih mengasumsikan ongkos produksi premium dan solar yang sama, nilai tukar riil (bukan asumsi RAPBN 2015) dan data-data RAPBN 2015 yang kini dalam pembahasan. Berikut adalah asumsi yang akan saya gunakan:

Dari data-data dan asumsi di atas kemudian dapat dihitung ongkos produksi dan harga sebelum subsidi dari BBM yang akan disubsidi. Dalam perhitungan ini saya menyamakan biaya produksi premium dan solar untuk mempermudah penghitungan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:

Terlihat bahwa tanpa subsidi, harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) sebelum subsidi adalah sebesar Rp 10.916,32 per liter. Harga ini tidak jauh berbeda dengan harga BBM non-subsidi jenis Pertamax yang berada di kisaran Rp 11.200 per liter. Perhitungan tersebut baru menampilkan perkiraan harga jual yang seharusnya dari Pertamina, bukan besaran subsidi yang harus digelontorkan pemerintah per tahun. Berapakah uang yang harus dikeluarkan tersebut? Berikut asumsi yang akan digunakan untuk menghitung seluruh pengeluaran tersebut:

1409311326879646509
1409311326879646509

Dari data-data dan asumsi di atas kemudian dapat kita hitung beban subsidi BBM yang diperkirakan akan ditanggung negara selama satu tahun ke depan, sebagai berikut:

14093114221208621592
14093114221208621592

Jadi setelah penghitungan tersebut kita dapatkan kesimpulan "kira-kira" pemerintah akan mengeluarkan uang sebesar Rp 219.3 Triliun hanya untuk mensubsidi BBM jenis Premium dan Solar. Ini belum termasuk subsidi untuk LPG 3 kg, subsidi pupuk, subsidi pangan, subsidi listrik, dan berbagai subsidi lainnya yang bila ditotal bisa lebih dari Rp 350 Triliun nilainya. Bila melihat postur RAPBN 2015 yang diajukan pemerintah di mana nilai belanjanya sebesar Rp 2.019,9 Triliun maka subsidi BBM menempati porsi pengeluaran sebesar 10,86%. Sebuah porsi yang cukup besar yang menguap dan terbuang sia-sia di knalpot kendaraan bermotor.

Demikianlah pembahasan saya mengenai beban subsidi BBM yang akan ditanggung negara dengan kondisi saat ini. Tentu pembahasan ini adalah dari kacamata seorang awam yang belum tentu 100% benar. Tulisan ini hanya untuk berdiskusi dan mengajak kompasianer untuk mulai beralih ke BBM Non-Subsidi atau mulai berhemat demi mengurangi beban anggaran tersebut.

[caption id="attachment_340176" align="aligncenter" width="692" caption="Mari beralih ke BBM Non-Subsidi (sumber www.idoalpha.com)"]

1409313325666143593
1409313325666143593
[/caption]

Pada bagian selanjutnya saya akan membahas lebih lanjut mengenai subsidi BBM dan opsi-opsi yang menurut saya bisa diambil.

Terima kasih telah membaca tulisan saya ini dan ditunggu komentarnya, hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun