Mohon tunggu...
Aldo Kawulur
Aldo Kawulur Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya Aldo, manusia biasa yang senang berbagi pengetahuan juga pandangan. Terkadang, saya juga mebaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tobi yang Mempertemukan Semuanya dengan Pamerannya

24 Mei 2024   16:00 Diperbarui: 24 Mei 2024   16:12 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan betapa membosankannya hidup ini tanpa kesenian. Mungkin itu yang dirasakan Tobi, Seorang anak ajaib yang baru saja berhasil menggelar pameran tunggal perdananya.

Tobi memang gemar berkesenian, dia telah menggelutinya sejak 2014. Pelbagai kesenian telah dia coba, mulai dari seni peran, puisi hingga kolase. Bisa dibilang dia adalah anak muda yang sangat bertalenta. Dia bersama teman-temanya pernah membawa SMA mereka mewakili daerah Boltim (Bolaang Mongondow Timur) untuk pementasan teater di tingkat provinsi. Dia juga keseringan juara dalam lomba pembacaan puisi. Karya puisinya pernah dimuat dalam media Indonesia pura-pura penyair, dan bahkan salah satu puisinya pernah ditawar hingga 1,5 juta tapi dia enggan untuk memberinya. Tidak hanya itu, karya kolasenya berhasil menjadi sampul album musik dan sampul buku Panji Gazali yang berjudul ITU!

Setelah 9 tahun berkesenian dengan segala macam prestasinya, Tobi kemudian mencondongkan dirinya pada kolase. Dia melihat bahwa seni yang baru dia kenal sejak 2016 itu merupakan dunia yang telanjang yang memungkinkannya mengekpresikan segalanya dengan lebih vulgar. Sesuatu yang tidak dia temui dalam proses teatrikal dan puisi. Tobi kemudian berencana untuk memperkenalkan kolase pada masyarakat Boltim.

Awalnya dia hanya ingin membuat duskusi publik untuk memperkenalkannya. Tapi, pada perenungannya di awal tahun 2024, dia menyadari bahwa ruang kesenian di Boltim masih telalu sempit. Bukan hanya untuk kolase tapi, kesenian yang lain juga hampir tidak mendapatkan tempat di sana.

Tobi kemudian menaikan rencananya untuk menggelar pameran tunggal kolasenya yang nantinya akan dimeriahkan dengan pelbagai kesenian juga perbincangan. Hal itu ditujukan untuk memperkenalkan kolase di boltim dan mengangkat orang-orang kreatif yang hampir tak terwadahi. Pameran itu juga dapat menjadi ruang pertemuan bagi orang-orang yang gemar dengan kesenian.

Tobi memang berencana untuk menggelar pamerannya di Boltim, tepatnya di Tutuyan; desa kelahirannya. Setelah memutuskan hal itu, Tobi kemudian mengajak teman-temannya untuk dibentuk sebuah tim yang akan membantunya menyukseskan pamerannya.

Tim berhasil dibentuknya. Merekapun mulai mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan, mulai dari pematangan konsep hingga pencetakan karya. Awalnya proses berjalan dengan lancar namun, di tengah perjalanan kendala-kendala mulai berdatangan. Tobi mengalami keraguan, bukan soal kesuksesan acaranya, bukan pula soal timnya. Tapi, dengan dirinya sendiri. Dia ragu akan kepantasan dirinya, pandangan para veteran terhadapnya dan lain sebagainya. Selain itu, dia baru menyadari bahwa biaya pameran tenyata masih terlalu mahal untuknya.

Hal itu kemudian diperparah dengan persoalan gedung yang akan dijadikan tempat pameran. Dua hari sebelum pameran dilaksanakan, Tobi meminta izin kepada Sangadi untuk menggunakan Balai Pertemuan Umum (BPU) Tutuyan sebagai tempat acaranya. Tapi, merka tidak mengizinkannya kecuali disewa. Hal tersebut sangat memukulnya. Terlalu banyak kendala, ditambah tidak ada dukungan dari pemerintah desa walau hanya meminjamkan tempat untuk melangsungkan pamerannya.

Lusa pameran itu harus terlaksana. Mereka sudah mengampanyekan segala hal mengenai pameran itu. Semua undangan sudah sampai ditujuan, semua pengisi acara telah siap berpartisipasi. Tidak ada lagi kesempatan untuk Tobi dan timnya menunda atau membatalkan pameran itu.

Malam yang basah dengan gerimis, ketika segala kendala telah menyelimutinya, dia duduk merenung bersama timnya di sebuah panggung tribun tua depan BPU. Selang beberapa jam kemudian, terlintas dalam pikirannya untuk melangsungkan pamerannya di situ.

Barang kali tobi mulai sinting. Mungkin itu yang terlintas di benak timnya ketika dia mengutarakan idenya. Kondisi panggung tribun itu sangat sederhana, kecil, tua, hanya terdiri dari beberapa kolom kayu yang hampir lapuk untuk menahan atap tanpa dinding dan berlantaikan beton berdebu. Siapa yang akan berpikir untuk menggelarnya di situ? Hanya Tobi.

Akan tetapi, dengan niat dan harapan, kepercayaan dan dukungan dari teman-temannya, komunitas-komunitas, para seniman, intelektual dan khususnya timnya yang setia, berhasil mengubah suasana malam itu. Semuanya bersatu padu menjadi semangat yang dapat menyingkirkan segala kendala. Akhirnya, demi Tobi dan pamerannya mereka sepakat dengan idenya itu. Malam itu juga mereka berhasil menyulap panggung tribun usang itu menjadi ruang pameran, pementasan dan pertemuan.

Dua hari setelahnya tanggal 11 mei 2024, tepat pada hari kolase sedunia, terciptalah pameran tunggal pertama di Bolaang Monongdow Raya. Pameran tunggal kolase pertama di Sulawesi Utara, dan dimensi baru untuk tanah kelahirannya.

Pameran itu dimeriahkan dengan pelbagai kesenian seperti pembacaan puisi, pertunjukan musik, pembuatan kolase manual, melukis dan diskusi tentang seniman yang terpinggirkan di Indonesia. Tidak hanya para seniman dan intelektual yang tengah popler menjadi pengisi acaranya namun, dia memadukannya dengan mereka yang kreatif tapi kurang mendapatkan perhatian. Seperti niat awalnya, hal itu dilakukan supaya mereka bisa saling membantu dan mengangkat antara satu sama lain. Malam itu juga, tanah kelahirannya menjadi tempat perayaan kesenian yang membawa kegembiraan.

Tobi dan tim pelaksana pameran TEMUkan
Tobi dan tim pelaksana pameran TEMUkan
Pameran yang bertemakan TEMUkan itu berhasil mempertemukan ratusan orang dalam ruang yang amat sederhana tapi penuh cinta dan mereka sangat menikmatinya. Setelah pemeran itu berlangsung, Tobi mendapatkan kabar bahwa pamerannya itu telah dijadikan tugas kesenian untuk siswa di dua SMA yang ada di Boltim. Dia senang ketika mengatahuinya, ternyata diam-diam ada sekolah yang memperhatikan pamerannya.

Pameran itu begitu penting baginya, bahkan mungkin dia tidak akan pernah melupakan momen itu sepanjang hidupnya. Membawa ratusan orang pergi ke dimensi estetika; dunia yang penuh keindahan. Senyuman manis disetiap orang, gemuruh keriangan yang menyelimuti ruang pameran, hingga rasa hangat dari setiap jabat tangan. Mereka semua seakan terhubung dan saling menemukan sesuatu yang mungkin belum ditemukan sebelumnya, setidaknya mereka menemukan Tobi dan begitupun sebaliknya. Tobi sangat bahagia dengan semua itu.

Tobi berharap setelah pamerannya itu, ruang kreativitas di Boltim dapat terbuka lebar dan para seniman tidak menganggap kesenian itu hanya tugas bagi seorang veteran tapi tugas bersama. Melalui pameran itu, dia juga berharap orang-orang mulai tertarik dengan kesenian kolase dan dapat mendorong terbentuknya komunitas kolase Boltim.

Setelah keberhasilan pamerannya itu, Tobi akan menawarkan kesenian kolase masuk dalam ekstrakurikuler di SMP dan SMA yang ada di Boltim. Selain itu, Tobi juga berencana untuk menggelar pameran lagi di tempat yang berbeda. Sepertinya untuk pameran keduanya, dia tidak akan kesulitan mencari tempat pelaksanaannya. Kebetulan Dinas perpustakaan kota Kotamobagu telah mengajaknya untuk melakukan pameran di perpustakaan kota.

Tobi memang anak Ajaib, setiap langkahnya penuh kejutan dan selalu membawa kebahagian. Dia mungkin satu dari sedikit anugerah yang dimiliki Boltim. Sangat disayangkan jika dia tidak mendapatkan dukungan atau bahkan perhatian. Tobi mungkin tak membutuhkan hal itu, tapi kita sangat membutuhkannya. Selamat untuk Tobi yang berhasil melaksanakan pameran tunggal perdananya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun