Bergosip di era ini terdengar seperti suatu aktivitas yang sangat menjijikan. Mereka yang bergosip dianggap sebagai sekumpulan manusia biadab yang hanya membicarakan keburukan orang lain. Jika kebaikan dianggap sebagai keberadaban dan keburukan adalah sebaliknya maka pandangan tersebut dapat diartikan sebagai, mereka yang bergosip adalah sekumpulan manusia biadab yang membicarakan tentang kebiadaban orang lain. Tentu pandangan seperti itu tidak sepenuhnya salah.
Mungkin dia sering melihat di teras rumah temannya, orang-orang rela duduk lebih lama hanya untuk membicarakan keburukan orang lain daripada lekas beranjak untuk melakukan aktivitas lainnya. Atau mungkin melihat teman-temannya yang menghabiskan waktu di media sosial hanya karena membicarakan keburukan orang lain atau bahkan mereka pernah jadi korban, menjadi topik perbincangan teman-temanya dalam grup yang tanpa dia di dalamnya.
Bergosip adalah hal yang wajar terjadi kepada manusia yang merupakan makhluk sosial. Peneliti Psikologi Eric K Foster mendefiniskan gosip berupa membicarakan pihak ketiga tanpa kehadirannya. Gosip merupakan proses pertukaran informasi mengenai manusia yang tidak hadir dalam proses tersebut. Artinya, bergosip bisa dibilang sebagai aktivitas komunikasi antar manusia yang membicarakan mengenai manusia lainnya, entah itu kebaikan ataupun burukannya.
Jangan heran jika saat ini kita menemui gosip di mana-mana, di buku, televisi, media sosial, di lingkungan kita atau bahkan kita sendiri yang bergosip. Hal itu dikarenakan terdapat sejumlah manfaat dalam bergosip. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa bergosip dapat membuat kita menyadari kelemahan diri, mengatasi stres dan memperkuat tali persahabatan.
Gosip telah melekat pada manusia sedari lama. Gosip menjadi salah satu sistem komunikasi antar manusia yang efektif untuk membuat mereka bisa bekerja sama. Cara hidup yang membawa manusia ke puncak peradaban.
Sejak ratusan ribu tahun yang lalu, ketika nenek moyang kita masih nomaden dan menjadi pemburu, mereka sudah hidup dengan cara berkelompok. Manusia memang pada dasarnya lemah jika hanya hidup sendirian. Dia selalu membutuhkan orang lain untuk terus tetap bertahan hidup. Dengan hidup berkelompok, mereka akan sangat kuat dibandingkan dengan makhluk apapun.
Bayangkan jika kehidupan nenek moyang kita pada zaman dahulu hidup sendiri-sendiri. Ketika mereka berburu dan bertemu dengan seekor beruang, akan sangat mungkin mereka kalah dalam pertempuran. Apa lagi ketika bertemu dengan binatang buas yang hidupnya berkelompok misalnya, serigala. Bisa dipastikan manusia itu hanya akan menjadi santapan bagi mereka. Jika nenek moyang kita hidup seperti itu maka sangat mungkin kehidupan manusia sudah punah sejak dahulu.
Berbeda ceritanya jika manusia hidup berkelompok. Mereka sangat kuat, bahkan telah mencapi puncak rantai makanan. Seribu serigala akan kalah bertarung dengan seribu manusia. Hal itu dikarenakan serigala atau bahkan hewan apapun tidak bisa bekerja sama dengan jumlah sebanyak itu. Hanya manusia yang bisa. Itulah keunggulan manusia, mereka sangat kuat tidak hanya dengan hidup bersama melainkan juga bisa bekerja sama dengan jumlah yang sangat banyak.
Manusia bisa bekerja sama dengan jumlah yang banyak karena kemampuan berinteraksinya. Kemampuan berinteraksi mungkin ada pada setiap jenis makhluk. Namun, berbeda dengan kemampuan interaksi manusia. Mungkin ratusan ribu tahun yang lalu kemampuan berinteraksi manusia tidak lebih hebat dibandingan dengan makhluk lain. Tapi, hal itu berubah sejak sekitar 70.000 tahun yang lalu, ketika manusia mengalami revolusi yang disebut Harari sebagai Revolusi kognitif.
Revolusi yang menjadi titik awal manusia menuju puncak kejayaan di muka bumi ini. Revolusi itu ditandai dengan kemunculan bahasa dan cara berpikir baru bagi manusia. Kemampuan yang membuat mereka dapat menyampaikan informasi yang lebih detail tentang suatu kejadian, sehingga mereka dapat mengambil langkah yang efektif.
Revolusi itu kemudian mempengaruhi komunikasi manusia. Interaksi yang pada awalnya hanya membicarakan tentang binatang buruan, berkembang hingga pada pembahasan mengenai sesama manusia. Mereka mulai menyadari bahwa hal yang tak kalah penting untuk dibahas selain hewan yang akan diburu adalah manusia itu sendiri. Saat itulah manusia mulai bergosip.
Melalui gosip mereka mempertukarkan informasi tentang manusia lainnya. Hal itu membuat mereka mengetahui mengenai kekurangan dan kelebihan dari masing-masing mereka, siapa yang dapat dipercaya dan diajak bekerja sama. Gosip kemudian membuat mereka dapat bekerja sama dengan lebih efektif dan dengan jumlah yang sangat banyak. Suatu hal yang sepanjang sejarah kehidupan di muka bumi ini hanya bisa dilakukan oleh manusia. Gosip kemudian membawa manusia yang merupakan makhluk lemah berada pada puncak rantai makanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H