Mohon tunggu...
Aldo Fernando
Aldo Fernando Mohon Tunggu... -

Menulis di sela-sela keruhnya keseharian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kirana, Sang Polwan

25 Januari 2019   10:02 Diperbarui: 25 Januari 2019   10:29 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wah, oke deh," jawabku dengan tampang sok cool.

Lalu, kami berdua menuju rumah makan dengan mengendarai motorku. Selesai makan, ia berkata, "Mas Jerry sedang kuliah ya disini?" Lalu aku menjawab, iya bahwa kau kuliah disini dan sedang mengambil jurusan ilmu politik. Ia lalu tersenyum. Aku tersenyum juga.

"Mbak Kirana, saya mau pulang ke kosan dulu, ya?"

"Oh ya, mas. Nanti malam jadi ya, kita nonton?"

"Iya, jadi."

Pada saat makan siang, aku bercerita mengenai film-film yang mau diputar di bioskop, dan ia mengajakku menonton film itu. Aku tertawa dalam hati. Selama ini tidak pernah ada perempuan yang mau mengajakku menonton di bioskop. 

Tawaranku untuk menonton pun selalu ditolak oleh teman-teman perempuanku. Sial beribu sial. Hanya saja, sekarang ini waktu telah membuktikan bahwa perjuangan tidak sia-sia. Apaan sih? Ga jelas.

Malam ini aku terus dihantam oleh kenangan bersama Kirana dan oleh satu hal yang mengganjal pikiranku sejak awal aku bertemu dia di pos polisi---karena aku belum sempat bertanya kepadanya---siapa pemilik buku Myth of Sisyphus & Other Essays terjemahan bahasa Inggris karya Albert Camus terbitan Vintage yang terletak di atas meja pos polisi waktu itu? Apakah Kirana sang pemiliknya? Aku tidak bisa memastikan karena Kirana tidak pernah berbicara mengenai Camus. 

Ia hanya gemar berbicara mengenai cinta, film, musik dan novel-novel susatra, sampai perenungan filosofis tetapi bukan tentang Camus dan tidak pernah nyerempet-nyerempet ke persoalan Camus. Tetapi, aku berasumsi, buku itu milik Karina, walaupun ia tidak pernah membahas nama itu. Tetap saja, pertanyaan besar menggelayut di dinding pikiranku: mengapa ia tak pernah membicarakan Camus?

Dan mengapa ia tiba-tiba menghilang dari kehidupanku ketika aku sedang sayang-sayangnya. Padahal, ia tahu bahwa aku selalu resah ketika aku sendirian, bahwa ia tahu aku merasa lebih melankolis ketika sepi menyergap diriku.

Kirana, "There is but one truly serious philosophical problem, and that is suicide. Judging whether life is or is not worth living amounts to answering the fundamental question of philosophy. All the rest whether or not the world has three dimensions, whether the mind has nine or twelve categories--comes afterwards. These are games; one must first answer". Itu kalimat pembuka bab pertama esei  The Myth of Sisyphus  (Le Mythe de Sisyphe) edisi bahasa Inggris karya Camus. Esei itu ada di buku Myth of Sisyphus & Other Essay,  edisi yang sama dengan buku entah-siapa-pemiliknya yang ada di meja pos polisi tempatku bertemu Kirana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun