Mohon tunggu...
Aldo Caesar
Aldo Caesar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Invasi Ekonomi China dan Negara Core di AS

18 Juli 2018   08:27 Diperbarui: 18 Juli 2018   08:59 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhir Pemeritahan George W. Bush periode pertama tahun 2004, AS telah mengalami defisit anggaran sebesar US$ 261 M, Bush merayu pemilih Amerika di kapanye ketika maju untuk pemilihan Presiden AS periode kedua dengan stimulus Kredit Perumahan Murah yang berimbas juga pada tahun 2008 ada depisit perdagangan AS di angka US$ 323 M karena ketidakmampuan pembayaran kredit perumahan itu.

Maka ribuan bank pemberi fasilitas kredit perumahan merugi sehingga dibuatlah kebijakan ekonomi Bailout US$ 700 M di era periode pertama Obama dan kebijakan bailout itu gagal maning. Sehingga ada stimulus ekonomi dari Federal Reserve yang dikepali oleh Ben S. Bernanke dengan sebutan Quantitative Easing (QE) pada periode kedua Obama, yang mana kebijakan QE ini didasarkan pada pembelian sejumlah aset milik pemerintah AS dan perusahan swasta AS yang di lakukan Federal Reserve.

Mekanisme pembagian yakni Quantitative easing atau pembelian aset oleh the Fed dibagi menjadi dua, yakni: US$ 40 miliar untuk membeli surat utang AS dan US$ 35 miliar untuk membeli obligasi kredit perumahan dari debitur gagal bayar akan tetapi setelah kebijakan Quantitative Easing ini berlangsung sampai pada Fase yang ketiga ini, tidak ada batas waktu berakhirnya stimulus tersebut sehingga menjadi gejala kurang bagus bagi pemerintahan Donald J. Trump, karena harus berhadapan langsung dengan invasi ekonomi Negara Core serta ancaman hutang AS di the Fed yang sudah tidak wajar itu. 

Hal ini menjadi pegangan kuat bagi Trump untuk membuat perlawanan dengan menggunakan istilah Perang Dagang dalam skala besar dan total terhadap Negara Core, dengan pertemuan KTT AS-Korut dan kemarin KTT AS-Rusia sebagai signal perlawanan pemerintahan Trump dalam politik luar negerinya.

Ada adagium bahwa tidak ada satu negarapun yang bisa selamat dari krisis ekonomi dengan menerapkan kebijakan ekonomi, akan tetapi dibutuhkan kebijakan politik luar negeri, dan hal itu terbaca dari tindakan pengambilan kembali saham 51 persen Freport merupakan tindakan yang bernuansa politik luar negeri yang sangat efektif, dilakukan oleh Presiden Jokowi lewat narasi menteri BUMN periode 2014-2019 sebagai langkah maju. 

Apalagi kedepan Menteri Rini dapat menghardik Investor-investor Migas dari kalangan Negara-negara Core yang sedang menghancurkan Amerika dan kini sedang ingin menguasai 25 Blok Migas Maluku (Inpex-Jepang, Shell BV-Belanda dan Stat Oil- Norwegia) yang mencari cara menguasai serta mengamankan sumberdaya inti milik Indonesia yang terkenal sebagai pusaka masa depan Indonesia.

Jika di Indonesia banyak penapsiran yang menjustifikasi bahwa Depisit Anggaran Amerika itu karena keunggulan manufaktur China, maka menurut penulis, keunggulan Manufaktur China itu Cuma satu alas an dari enam alas an lainnya sehingga menyebabkan China lebih Kapitalis dan mendominasi di bidang ekonomi sampai saat ini. 

Hal ini dikarenakan apa yang disebut agresi ekonomi China adalah 6 kebijakan industry China yang membedakannya dengan semua keunggulan ekonomi dunia lainnya, Pertama yakni (PROTECT CHINA'S HOME MARKET FROM COMPETITION & IMPORTS) melindungi pangsa pasar china dari persaingan dan impor yang tidak mengenal rahasia. Kedua yakni (EXPAND CHINA'S SHARE OF GLOBAL MARKETS) ekspansi produk China menyebar keseluruh pasar dunia atau serangan ekonomi. 

Ketiga yakni Proteksionis, perlindungan dan control ketat terhadap produk-produk inti China atau proteksionis Vernacular yang menjadikan China sebagai merkantelis unggul dalam beberapa dekade mendatang serta upaya China mendominasi sumber daya alam yang paling inti di dunia.

Meskipun SDA itu ada di Negara lain, China akan mencari cara menguasainya serta mengamankan sumberdaya inti dunia tersebut seperti tembaga di chili dan Kobalt yang ada di kongo, serta semua tambang Mineral dan Batubara Indonesia yang kesemuanya bahan dasar yang sangat penting dalam produksi teknologi tinggi. Keempat adalah (DOMINATE TRADITIONAL MANUFACTURING INDUSTRIES) China sangat dominan dalam industry manufaktur tradisional karena industry china 50 % adalah industry manufaktur tradisonal yang bersifat industry rumah tangga yang menjadikan mereka menjadi lantai pabrikasi dunia dan semua itu terjadi bukan karena kebetulan.

Itu semua terjadi karena pasar bebas yang diciptakan oleh kapitalisme dan mekanisme pasar bebasnya. Kelima adalah (ACQUIRE KEY TECHNOLOGIES & INTELLECTUAL PROPERTY FROM OTHER COUNTRIES & THE U.S.) mendapatkan teknologi kunci yang sangat vital dan kekayaan intelektual dari Negara maju lain dan as, dimana basis pergerakannya ada di pengiriman mahasiswa-mahasiswa China untuk merebut teknologi dan kekayaan intelektual dari Negara maju di dunia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun