Mohon tunggu...
Aldo Andrian
Aldo Andrian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahluk Hidup

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

1 dan 2

1 Februari 2025   18:42 Diperbarui: 1 Februari 2025   18:42 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua cerita dari bagian "Dia tidak bercerita tetapi dia menulis dalam sedihnya"

I


Rasanya waktu berjalan begitu cepat, sangat cepat. Baru saja kemarin aku patah hati, dan kini ia telah patah kembali. Dalam jangka waktu dua bulan, aku patah hati dua kali dengan orang yang sama. Dengan orang yang selalu kuimpikan rupanya, dengan orang yang selalu kutunggu keberadaannya, dengan orang yang kucintai begitu tulus, begitu dalam. Hingga saat ini, aku tidak mengerti mengapa semuanya terjadi. Namun yang pasti, tak ada yang bisa disalahkan dari kejadian ini. Tak perlu dibahas siapa yang menyakiti siapa, siapa yang paling sakit. Yang perlu dibahas hanyalah bagaimana ke depannya. Jika boleh jujur, aku masih mencintainya dan berharap akan ada kesempatan di lain hari untuk kembali bersama. Kembali ceria membangun asmara yang telah dijalin begitu lama.

Memang kami sudah tak bersama lagi, tetapi sejak terakhir kali, aku selalu menghubunginya pun dia serupa. Aku tidak tahu yang kulakukan apakah hal yang baik atau justru hal buruk yang di kemudian hari akan memperparah kehidupan kami lagi, tetapi yang pasti, aku tidak ingin melihatnya berjalan menyendiri untuk melewati malam yang mencekam dan penuh godaan-godaan iblis jahat. Aku tidak ingin dia menjalani hari-hari yang berat dengan beban di pundaknya dan tak ada satu pun orang yang peduli dengannya. Berapa pun harga yang kubayar, aku rela. Biar sekalipun rasa kecewa, rasa sedih, atau hal-hal lain yang hanya akan memperburuk diri sendiri. Aku sungguh tidak apa. Entahlah, semuanya terdengar bodoh rasanya.

II


Bagaimana bisa aku lupa dan beranjak darinya, sedangkan kata pergi saja aku tak kenal adanya. Memang tiap hari aku selalu bertanya mengenai apa yang kulakukan, untuk apa semuanya. Memang tiap hari aku merasa bahwa semua yang kulakukan tak dibalas dengan baik, tak dibalas dengan semestinya, bahkan dihargai pun tidak. Tetapi aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya dan mengapa harus pergi meninggalkannya sendiri di sebuah lapang yang luas berisikan orang-orang aneh dan jahat.

Mereka bilang bahwa barangkali untuk kesempatan yang akan datang, aku akan mendapatkan yang lebih dari sebelumnya, akan dicintai sama hebatnya, akan bahagia selamanya. Tetapi semuanya hanyalah kata yang selalu didahului oleh kata harapan. Sedangkan aku tak mengharapkan hal itu terjadi dalam kehidupanku yang gelap ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun