Dua contoh di atas kelihatannya cuma seperti "ilusi" yang memang didesain untuk mengecoh pikiran kita. Bagaimana dengan kehidupan sehari -- hari?
Kalau misal otak kita lebih cenderung untuk memilih yang mudah untuknya, berarti kita tidak bisa sepenuhnya percaya dengan apa yang muncul pertama di pikiran kita. Sama seperti ilusi di atas dimana Sistem 1 kita mengatakan jawaban yang salah, di dalam kehidupan sehari -- hari kita juga ada beberapa keadaan dimana intuisi kita berkata hal yang salah.
Tapi karena lebih mudah, hal yang salah itulah yang dipilih. Coba kita lihat sebuah contoh yang saat ini cukup marak di dunia, berita hoax.
Satu alasan kenapa berita hoax berdampak sangat buruk, adalah karena manusia cenderung menganggap apa yang mudah diambil dari pikirannya sebagai benar. Pikiran kita langsung loncat kepada kesimpulan bahwa apa yang pertama muncul di pikiran kita adalah benar.
Misal kita membaca sebuah berita yang mengatakan kalau Orang X berhubungan dengan pengedaran narkoba. Berita yang kita baca ini akan masuk ke pikiran kita, dan lebih mudah diambil nantinya.
Ketika nantinya kita ambil berita itu dari pikiran kita, Sistem 1 kita akan loncat kepada kesimpulan bahwa Orang X memang mengedarkan narkoba.
Kecuali kalau kita lebih skeptis terhadap kesimpulan itu.
...
Kemalasan ini tidak terjadi hanya untuk hal -- hal yang besar seperti berita hoax. Tapi juga pada hal -- hal kecil yang kita katakan dan pikirkan setiap harinya.
Asumsi awal kita ketika memikirkan sesuatu adalah menganggap kalau apa yang kita pikirkan adalah benar. Pikiran kita kadang tidak mengakomodasikan kemungkinan kalau kita bisa saja salah.