Jadi, kebanyakan yang kita (Sistem 2 kita) pikir atau lakukan, alasannya akan bersumber dari Sistem 1. Tapi Sistem 2 akan turun tangan saat Sistem 1 kesulitan, atau ketika merasa kalau Sistem 1 melakukan kesalahan.
Untuk melihat lebih jelas tentang interaksi ini, kita kembali lagi pada gambar ilusi di atas.
Ketika melihat gambar ini, Sistem 1 kita akan otomatis menyimpulkan banyak hal. Salah satu kesimpulan yang dia dapat adalah tentang perbedaan panjang kedua garis. Kesimpulan ini tidak diterima oleh Sistem 2 kita, yang sebelumnya sudah kenal gambarnya. Karena itu Sistem 2 mengubah kesimpulan dari Sistem 1, bahwa kedua garis ini sama panjangnya.
Tapi kalau sebelumnya kita tidak mengenal gambar ini, Sistem 2 kita akan lebih besar kemungkinannya untuk setuju dengan saran yang salah dari Sistem 1. Kesalahan ini bisa saja dilewati, kalau kita secara aktif meminta Sistem 2 kita untuk mempertanyakan dulu apakah saran dari Sistem 1 benar, sebelum memberi kesimpulan.
Tapi kita kan tidak tahu kapan Sistem 1 kita akan salah, bagaimana caranya kita tahu kapan kita harus meminta Sistem 2 untuk aktif?
Ada satu sifat lain dari Sistem 1 dan Sistem 2, yang membuat kita sulit untuk mengetahui ini. Sulit, tapi masih mungkin.
-------------------------------------------------------
Ada yang Lebih Mudah? Loncat Kesana!
Kalau kamu berpikir bahwa kesimpulannya salah, maka kamu memilih jawaban yang benar. Walaupun semua asisten dosen adalah mahasiswa, dan beberapa mahasiswa itu pemalas, bukan berarti beberapa asisten dosen itu pemalas. Bisa saja di antara mahasiswa yang pemalas tidak ada asisten dosen.
Sekilas cukup masuk akal kalau kita simpulkan beberapa asisten dosen itu pemalas.
Inilah alasan kenapa kita sering melakukan kesalahan berpikir, Sistem 2 kita cepat loncat pada kesimpulan yang dipercaya benar oleh Sistem 1. Sedangkan, Sistem 1 cenderung untuk percaya kepada apa yang paling mudah dipercaya menurutnya.