Mohon tunggu...
Aldo Aditiya
Aldo Aditiya Mohon Tunggu... -

Orang yang kebetulan suka mencari tahu tentang berbagai macam hal | Mau baca lebih? https://medium.com/@aldoan | Mau bilang sesuatu? https://twitter.com/aditiya_aldo |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Otak Kita itu Malas, Jangan Sampai Terjebak

15 Mei 2018   12:30 Diperbarui: 15 Mei 2018   12:41 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fake News. Source: http://bit.ly/2FaZ0m1

Tapi kemungkinan terbesarnya, kamu sudah pernah melihat gambar ini, dan kamu sudah tahu kalau kedua garis tersebut sama panjangnya. Gambar ini disebut ilusi "Muller-Lyer" dan saking terkenalnya, tidak banyak orang yang akan terkecoh untuk berpikir kalau kedua garis di atas berbeda panjangnya. Kecuali orang yang belum pernah melihat ilusi ini.

Coba kita ingat -- ingat sudut pandang kita dulu, saat kita belum pernah melihat ilusi ini sebelumnya.

Ketika pertama melihat gambar ini, pikiran kita langsung berkesimpulan kalau kedua garis di atas berbeda panjang. Tapi berikutnya kita diberitahu oleh orang lain kalau ternyata tidak begitu, dan untuk membuktikannya kita bisa mengukur dan membandingkan kedua garis. Setelah kita ukur dan bandingkan, terbukti kalau kedua garis sama panjangnya. Sekarang, setiap kali melihat gambar ini kita bisa memberi kesimpulan yang benar.

Tapi otak kita akan selalu "melihat" kedua garis ini sebagai sama panjang, walaupun di dalam "pikiran" kita tahu kalau keduanya beda panjang. Kita tidak bisa memilih untuk "melihat" kedua garis ini sebagai beda panjang. Kita bisa mengatakan kalau keduanya beda panjang hanya karena kita sudah tahu yang sebenarnya.

Dari sini kelihatan 2 cara berpikir yang berbeda di dalam otak kita. Saya akan menyebut kedua cara berpikir ini sebagai "Sistem 1" dan "Sistem 2".

Sistem 1 bisa didefinisikan sebagai cara berpikir otak kita yang bekerja secara spontan dan otomatis, tanpa perlu dikendalikan secara sadar, biasa diseut intuisi. Sedangkan Sistem 2 bisa didefinisikan sebagai cara berpikir otak kita yang bekerja dengan menggunakan upaya dan atensi sadar kita. Bisa disebut juga pikiran yang aktif. Dimana semua aktivitas "berpikir" kita terjadi.

Beberapa contoh aksi otomatis yang dikendalikan oleh Sistem 1 antara lain:

  • Melihat objek mana yang lebih kecil di sebuah gambar
  • Memindahkan atensi kepada suara keras yang mendistraksi
  • Kaget kepada suara dan cahaya dari petir
  • Menjawab 1 + 1 =?
  • Memunculkan perhatian kepada sesuatu yang unik di tengah -- tengah keramaian
  • Menjawab "Apa ibukota Indonesia?"

Sedangkan contoh aksi yang dikendalikan Sistem 2 antara lain:

  • Memilih untuk tidak melihat ke arah suara keras yang kita dengar
  • Menahan marah kepada orang lain
  • Mencari seseorang di tengah keramaian
  • Membaca buku berat
  • Menjawab 12x27=?
  • Menjawab "Apa ibukota Portugal?" (kecuali kamu sudah hafal)

Interaksi antara kedua sistem ini bisa dirangkum sebagai berikut:

Sistem 1 akan berjalan secara otomatis, dan Sistem 2 akan berjalan dalam mode low-effort. Sistem 1 akan terus menerus memberikan saran, intuisi, impresi, dan perasaan kepada Sistem 2. Ketika semuanya berjalan lancar (yaitu, di sebagian besar waktu), dan bila kedua sistem setuju, Sistem 2 akan menerima saran -- saran dari Sistem 1 dan mengubahnya menjadi aksi. 

Tapi ketika Sistem 1 mengalami masalah yang tidak bisa dijawabnya (sesuatu yang butuh mental effort) dia akan meminta bantuan Sistem 2.  Sistem 2 akan aktif setiap kali ada kejadian sulit yang tidak bisa diselesaikan oleh Sistem 1, dan setiap Sistem 2 tidak setuju dengan kesimpulan Sistem 1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun