Mohon tunggu...
Muhammad Ali Ridho
Muhammad Ali Ridho Mohon Tunggu... -

aku mahasiswa pecundang yang ingin berubah dan senang pada perubahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Denyut Nadi Pendidikan Pesantren

14 September 2014   03:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:46 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesantren adalah fenomena sosial-kultural terunik, pada dataran historis pesantren merupakan sistem pendidikan tertua khas negara kita, yang eksistensinya tidak diragukan  telah teruji oleh sejarah dan berlangsung hingga era kini. Bahkan bukanlah hal yang berlebihan bila dikatakan bahwa pesantren telah menjadi satu wujud dari entitas budaya indonesia. Yang dengan sendirinya menjalani proses sosialisasi yang relatif insentif. Indikasinya adalah wujud entitas budaya ini telah diakui dan diterima kehadiranya. Pertanyaan yang muncul adalah faktor apa yang menarik sehingga pesantren begitu eksis?

Untuk menjawab pertanyaan singkat diatas, tampaknya tidaklah begitu mudah. Karena untuk melacak dan menemukan jawabanya diperlukan observasi yang serius dan mendalam, salah satu keunikan pesantern yang penting untuk dicatat adalah; sosoknya yang kompleks dan multidimensi. dan tidak salah jika pesantren merupakan sumber inspirasi yang tidak pernah kering sepanjang zaman.

Untuk mempertahankan eksistensinya, Setidaknya pesantren harus mampu mempertahankan pola-pola yang selama ini dikembangkan dengan tidak mengabaikan begitu saja kekinian yang semakin menggelobal (al-muhafadzatu ala qodimi as-shalih wal ahdu bil-jadidi al-aslah) setidaknya ada dua aspek yang perlu dipertahankan yaitu; pertama, terkait dengan stuktur, metode, dan bahkan literatur yang bersifat tradisional. Dengan ciri utamanya yaitu stressing pengajaran yang lebih kepada pemahaman tekstual (harfiyah). kedua, terkait dengan pemeliharaan sub-kultural(tata nilai) yang berdiri di atas pondasi ukhrawi yang terimplementasikan dalam bentuk ketundukan dan ketaatan kepada para ulama,para  ustadz dengan mengutamakan ibadah, hanya demi untuk memperoleh tujuan hakiki dan mencapai keluhuran jiwa.

Membincangkan berbagai hal yang terkait dengan pendidikan dewasa ini memang seakan tak ada habisnya. Hingga kini pendidikan kita  masih menjadi sorotan publik, pendidikan yang diharapkan mampu menopang ketidakberdayaan masyarakat agar tegak, tumbuh dan berkembang menjadi masyarakat terdepan dan sejahtera. Ternyata pendidikan kita masih berkutat pada permasalahan-permasalahan internal yang menyeliputi. Jangankan untuk mengangkat masyarakat, mengangkat dirinya sendiri  masih susah payah. Begitu banyak problem didalamnya, mulai dari mutu pendidikan, kesejahteraan pendidik, kualitas pembelajaran, biaya yang tak memadai, hingga mutu lulusan yang mana lebih menekankan pada aspek-aspek kognitif saja.

Cobalah kita mengintip sejenak prilaku masyarakat sekitar kita, begitu banyak prilaku yang tidak lagi menghargai Norma Susila, Norma Agama (mereka lebih menuhankan HAM), tawuran antar pelajar, subsidi jawaban ketika UN, termasuk banyaknya orang-orang berpendidikan mendekam dibalik jeruji penjara baik karena kasus KKN atau kasus-kasus lainya. Hal tersebut lebih menegaskan agar pendidikan di negeri ini perlu mengembangkan dan menggalakkan nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman hidup masyarakat kita.

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan, memegang peran yang sangat penting dalam mengembangkan nilai-nilai tersebut.dengan konsep pendidikanya yang on time 24 jam pesantren  dapat membekali pribadi-pribadi anak didiknya (santri) dengan sikap-sikap rajin, jujur, kreatif, inovatif, bertanggung jawab,bekerja keras serta nilai-nilai terpuji lainnya. Sehingga akhirnya dapat menelorkan insan yang berkepribadian muslim yang tangguh, harmonis, mampu mengatur kehidupan pribadinya, mengatasi masalah-masalah yang timbul, mencukupi kebutuhan serta mengendalikan dan mengarahkan tujuan hidupnya.

Pembentukan (takwin) dan pendidikan krakter (charakter building) tidak dapat hanya semata-mata melalui bangku sokolah melainkan penanaman nilai-nilai itu diagendakan dalam aktifitas sosial. Dalam hal ini para santri mendapat bimbingan dan keteladan langsung oleh para ustadznya. Selanjutnya apa yang dilakukan dipesantren tidak hanya menekankan pentingnya pengaplikasian nilai-nilai itu saja. melainkan, memberikan contoh langsung dalam kehidupan sehari hari di Pesantren.

Walhasil, menurut penulis bahwa, model pendidikan pesantrenlah yang lebih terbukti keberhasilanya dalam mencetak santri yang shalih dan berakhlak mulia. Meskipun kadang-kadang masih berupa benih-benih potensi. Dan tentunya penulis tidak menafikan kelemahan dan kekurangan yang ada. Namun kelebihan-kelebihan tersebut diharapkan dapat menutupi kelemahan dan kekurangan pendidikan yang ada. wallahu a'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun