Review Case Study: Matakuliah Bisnis Komoditas dan Produk Pangan Program Studi S1 Agribisnis Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Desa Wisata Cukilan
Desa Cukilan, Kabupaten Semarang, memiliki potensi luar biasa untuk berkembang menjadi desa wisata berbasis agrowisata. Salah satu komoditas yang dapat diangkat adalah talas kimpul, tanaman lokal yang kaya karbohidrat dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun, pemanfaatan talas kimpul saat ini masih terbatas pada konsumsi tradisional seperti direbus, dikukus, atau digoreng. Oleh karena itu, optimalisasi sistem produksi hulu-hilir talas kimpul menjadi langkah strategis untuk mendukung pengembangan desa wisata di wilayah ini. Tim pengabdian masyarakat dari Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana bekerja sama dengan Pemerintah Desa Cukilan untuk mengembangkan potensi talas kimpul ini.
Potensi Talas Kimpul sebagai Tanaman Pangan Lokal
Talas kimpul merupakan umbi lokal yang mudah dibudidayakan di berbagai kondisi lahan. Dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, talas ini memiliki potensi besar sebagai alternatif pengganti tepung gandum yang masih didominasi impor. Selain itu, talas kimpul juga relatif murah dan dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat desa. Namun, pemanfaatan maksimalnya terkendala oleh kandungan senyawa antinutrisi, seperti kalsium oksalat, yang dapat menyebabkan efek gatal pada saluran pencernaan.
Menurut penelitian, pengolahan yang tepat dapat mengurangi kandungan antinutrisi ini, sehingga membuka peluang bagi diversifikasi produk berbasis talas kimpul (1). Contoh produk olahan yang dapat dikembangkan meliputi tepung kimpul, keripik, kue, hingga mie lokal. Produk-produk ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah, tetapi juga menarik minat wisatawan untuk menikmati kuliner khas Desa Cukilan.
Sistem Produksi Hulu-Hilir Talas Kimpul
Untuk mengoptimalkan produksi talas kimpul, pendekatan sistem produksi hulu-hilir sangat diperlukan. Sistem ini mencakup beberapa langkah strategis:
Budidaya kimpul yang efisien, perlu didukung dengan pelatihan tentang teknik budidaya modern, seperti penggunaan pupuk organik dan manajemen air yang baik. Jika ingin meningkatkan produktivitas tanaman, maka petani perlu menambahkan unsur hara tambahan mengingat selama ini petani tidak pernah memupuk kimpul. Â Dalam hal ini, Tim Pengabdian Masyarakat FPB UKSW memberikan sarana berupa nursery dan pelatihan mengenai budidaya kimpul yang produktif.
Pengolahan pasca-panensederhana untuk mengurangi senyawa antinutrisi, tim pengolahan menggunakan Sodium Metabisulfate (Na2S2O5) untuk menghilangkan warna kecokelatan pada waktu pengeringan di bawah sinar matahari, sehingga hasil akhir tepung berwarna putih dan lebih menarik. Selain itu, pengadaan mesin pengolah seperti penepung dapat membantu diversifikasi produk olahan talas. Proses pengemasan yang higienis dan menarik juga perlu diterapkan untuk meningkatkan daya saing produk di pasar.
Berdasarkan analisis proksimat di Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, tepung kimpul yang diproduksi mengandung 74,36% karbohidrat, 7,67% protein, dan 0,89% lemak, 7,82% abu, dan 52,33% serat. Diversifikasi Produk OlahanTalas kimpul dapat diolah menjadi berbagai produk pangan inovatif seperti roti, biskuit, pasta, dan camilan sehat lainnya. Diversifikasi ini tidak hanya memberikan nilai tambah ekonomi tetapi juga menjangkau pasar yang lebih luas.Pemasaran dan BrandingProduk berbasis talas kimpul dapat dikemas menarik dan dipromosikan sebagai bagian dari pengalaman wisata di Desa Cukilan. Branding yang kuat dapat menjadi daya tarik unik bagi wisatawan. Pemasaran digital melalui media sosial dan e-commerce juga dapat memperluas jangkauan pemasaran.
Kemitraan dan KolaborasiKerja sama dengan industri makanan, koperasi, dan lembaga pemerintah dapat memperkuat rantai pasok dan membuka akses ke pasar yang lebih besar. Selain itu, melibatkan akademisi dalam penelitian dan pengembangan produk dapat mendorong inovasi berkelanjutan.ÂDampak bagi Masyarakat Desa
Optimalisasi sistem produksi talas kimpul tidak hanya berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat tetapi juga membuka lapangan kerja baru. Dengan melibatkan kelompok tani, UMKM, dan pelaku wisata, roda perekonomian desa dapat bergerak lebih dinamis. Selain itu, pengembangan desa wisata berbasis talas kimpul juga memperkuat identitas lokal dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Edukasi masyarakat tentang pentingnya diversifikasi pangan juga dapat meningkatkan ketahanan pangan di tingkat lokal.
Kesimpulan
Kimpul memiliki potensi besar untuk mendukung pengembangan Desa Cukilan sebagai desa wisata. Dengan optimalisasi sistem produksi hulu-hilir, talas kimpul dapat menjadi komoditas unggulan yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga menarik minat wisatawan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan akademisi menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan visi ini. Desa Cukilan bisa menjadi contoh sukses pengelolaan potensi lokal yang berkelanjutan.