Mohon tunggu...
Aldi Verry Damanik
Aldi Verry Damanik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Eco-Enzim dari Sisa Pertanian: Inovasi Hijau untuk Desa Jeruk

7 Desember 2024   17:15 Diperbarui: 8 Desember 2024   06:47 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pencampuran setiap bahan (Dokumen Pribadi)

Desa Jeruk berada di wilayah Taman Nasional Gunung Merapi-Merbabu, dan merupakan kawasan agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. 

Desa Jeruk, yang dikenal sebagai desa penghasil tembakau dan sayuran dengan hasil pertanian melimpah, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan limbah organik. Sisa pertanian seperti kulit buah, sayuran, dan daun sering kali dianggap tidak berguna dan hanya dibuang begitu saja. Namun, ada solusi sederhana yang dapat diterapkan untuk mengubah limbah ini menjadi produk bernilai tinggi sekaligus ramah lingkungan: eco enzim.

Salah satu komoditas unggulan di wilayah ini adalah tanaman dari keluarga kol seperti kubis, brokoli, dan kembang kol. Namun, produktivitas tanaman ini kerap terkendala oleh penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae), yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi signifikan bagi petani. 

Penyakit ini sulit dikendalikan karena patogennya bertahan lama di tanah dan sering diperparah oleh penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, yang dapat merusak keseimbangan mikroba tanah.

Apa itu Eco Enzim?

Eco enzim merupakan cairan organik yang dihasilkan dari fermentasi limbah organik, gula, dan air. Proses fermentasi ini menghasilkan cairan kaya nutrisi dan enzim yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Di banyak tempat, eco enzim telah terbukti menjadi solusi inovatif untuk mengurangi limbah sekaligus mendukung pelestarian lingkungan (1).

Mengapa Penting untuk Desa?

Sebagai desa yang mengandalkan sektor pertanian, Desa Jeruk menghasilkan limbah organik dalam jumlah besar. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah ini dapat menimbulkan masalah lingkungan, seperti bau tak sedap, penyebaran hama, hingga pencemaran air dan tanah.

Dengan memanfaatkan limbah pertanian untuk membuat eco enzim, Desa Jeruk dapat:

  1. Mengurangi Sampah Organik
    Limbah yang sebelumnya terbuang percuma dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi.

  2. Meningkatkan Produktivitas Pertanian
    Eco enzim dapat digunakan sebagai pupuk organik cair dan pengusir hama alami, yang aman untuk tanaman.

  3. Mengurangi Biaya Pertanian
    Dengan mengkombinasikan pupuk kimia dengan eco enzim yang organik, petani dapat menghemat biaya operasional.

  4. Meningkatkan Kesadaran Lingkungan
    Pembuatan eco enzim dapat menjadi bagian dari edukasi warga tentang pentingnya daur ulang dan pelestarian lingkungan.

Cara Membuat Eco Enzim

Pembuatan eco enzim cukup sederhana dan dapat dilakukan dengan alat dan bahan yang mudah didapat. Berikut langkah-langkahnya:

  1. Persiapkan Bahan:

    • 1 Liter molase (tetes tebu), tidak dianjurkan menggunakan gula pasir dan sejenisnya, karena harganya tidak terjangkau jika dicairkan
    • 3 Kg limbah organik (kulit buah, sisa sayuran, daun)
    • 10 Liter air bersih
  2. Proses Fermentasi:
    • Campur semua bahan dalam wadah plastik yang memiliki tutup (disarankan menggunakan ember tebal bekas cat).
    • Pastikan untuk membuka tutup secara berkala sekali seminggu selama satu bulan pertama, dan sekali sebulan setelahnya untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan. 
    • Tips penanganan apabila muncul bau tidak sedap selama proses fermentasi, eco enzim perlu di jemur selama 30 menit dalam 3 hari, dan periksa kembali setelah seminggu. Jika bau got tetap tidak menghilang, maka masukan molase sejumlah takaran awal pembuatan dan difermentasi kembali selama 1 bulan.
    • Simpan di tempat teduh selama 3 bulan hingga proses fermentasi selesai.
  3. Pencampuran setiap bahan (Dokumen Pribadi)
    Pencampuran setiap bahan (Dokumen Pribadi)
  4. Pemanenan:
    • Hasil fermentasi siap dipanen jika memiliki ciri-ciri seperti endapan berada di bagian bawah, memiliki aroma asam khas fermentasi, berwarna cokelat dan bergelembung.

  5. Penggunaan:
    • Pupuk cair organik: Campurkan 1 liter eco enzim dengan 50 liter air bersih, lalu semprotkan ke tanaman.
    • Pengusir hama alami: Aplikasikan pada area tanaman yang sering diserang hama.
    • Pembersih alami: Larutkan eco enzim dengan air untuk membersihkan lantai, dapur, atau kamar mandi.

Proses pengadukan untuk mengeluarkan gas (Dokumen Pribadi)
Proses pengadukan untuk mengeluarkan gas (Dokumen Pribadi)

Manfaat Jangka Panjang untuk Desa Jeruk

Dengan mengadopsi pembuatan eco enzim, Desa Jeruk dapat menikmati manfaat jangka panjang yang mencakup:

  • Kesuburan tanah meningkat: Eco enzim membantu memperbaiki kualitas tanah secara alami.
  • Mengatasi penyakit akar gada: campuran kulit nanas dan lidah buaya dalam eco enzym sangat efektif untuk menekan penyakit akar gada, yang menjadi masalah utama pada tanaman kubis dan kol, komoditas yang umum dibudidayakan masyarakat Desa Jeruk setelah musim tanam tembakau usai (2).
  • Lingkungan lebih bersih: Berkurangnya limbah organik membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman.
  • Penghematan biaya dan sumber daya: Mengurangi penggunaan bahan kimia berarti menghemat biaya sekaligus melindungi ekosistem sekitar.
  • Peluang ekonomi baru: Eco enzim yang diproduksi berlebih dapat dijual ke desa lain atau ke pasar lokal sebagai produk ramah lingkungan.

Mewujudkan Desa Hijau dan Berkelanjutan

Eco enzim bukan hanya solusi praktis untuk mengatasi limbah organik, tetapi juga merupakan langkah menuju desa yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dengan memberdayakan masyarakat Desa Jeruk untuk membuat dan menggunakan eco enzim, tidak hanya limbah pertanian yang termanfaatkan, tetapi juga tercipta kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga lingkungan. 

Pengelolaan limbah pertanian menjadi ecoenzyme memberikan manfaat ganda, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi. Limbah yang sebelumnya dibuang atau dibakar kini diubah menjadi sumber daya yang bernilai guna tinggi. 

Produk ecoenzyme tidak hanya digunakan di lahan pertanian tetapi juga berpotensi menjadi komoditas yang dapat dijual, memberikan peluang tambahan pendapatan bagi petani. Inisiatif ini membuktikan bahwa pemberdayaan berbasis teknologi sederhana dapat memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat tani.

Melalui langkah kecil ini, Desa Jeruk dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengelola limbah pertanian secara bijak. Mari wujudkan Desa Jeruk yang lebih hijau, bersih, dan sejahtera dengan eco enzim!

(1) Hasanah, Y., Mawarni, L., & Hanum, H. 2020. Eco enzyme and its benefits for organic rice production and disinfectant. Journal of Saintech Transfer (JST), Vol. 3(2): 119--128.

(2) Tarigan, R. A. B., Rahmadina., Idami, Z. 2024. Pengendalian Penyakit Akar Gada pada Tanaman Brokoli (Brassica oleracea L.). Jurnal BEST, Vol. 7(1): 162-168.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun