Rivalitas menjadi sebuah hal yang sangat menarik untuk diikuti. Masing-masing kubu akan berjuang untuk menjadi yang terbaik dalam bidangnya. Dan hal itu tak ayal menciptakan persaingan inovasi. Itulah yang terjadi dalam pertarungan antara dua raksasa otomotif dunia, Ford dan Ferrari.
Kedua perusahaan tersebut sangat dikenal di seantero jagat. Ford Motor Company yang berasal dari Amerika Serikat didirikan oleh Henry Ford pada 16 Juni 1903. Sebagian besar produk mereka adalah kendaraan penumpang umum dengan jumlah penjualan yang masif dan harga terjangkau.
Sementara Ferrari merupakan produsen kendaraan eksotis berharga fantastis dengan performa tinggi. Perusahaan yang didirikan oleh Enzo Ferrari di Maranello, Italia, pada 1947 ini hanya menjual produk mereka kepada kalangan penyuka kecepatan berkantong tebal dengan gaya hidup mewah.
Ford ingin kuasai Eropa
Pada awal 1960, Ford yang saat itu dipimpin oleh Henry Ford II bermimpi untuk menjadi penguasa Eropa dengan produk yang mereka miliki.
Namun, hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk mencapai mimpinya, Ford harus terlebih dahulu ikut serta dan memenangi balapan 24 Hours of Le Mans di Perancis, sebuah ajang balap ketahanan yang sangat bergengsi dan melelahkan.
Akan tetapi, masalah yang muncul adalah, perusahaan asal Detroit itu sangat minim pengalaman di ajang adu kecepatan.
Beruntung, pada saat yang bersamaan, Ferrari tengah terlilit masalah keuangan dan Ford langsung menyambar kesempatan untuk membeli perusahaan berlogo kuda jingkrak tersebut seharga US$16 juta (sekitar Rp227 miliar) dan Enzo setuju.
Ferrari hina Ford
Pada 21 Mei 1963 rombongan pejabat dan pengacara Ford yang berjumlah 12 orang bertolak menuju Maranello untuk menemui Enzo dan membahas kontrak .
Namun, bencana terjadi. Enzo, yang saat itu hanya ditemani oleh seorang pengacaranya, memutuskan untuk membatalkan kontrak perjanjian jual-beli setelah membaca butir yang menyebutkan bahwa pihak pembeli (Ford) juga mengambil alih divisi motorsport Ferrari. Enzo lantas menuliskan, "Tidak, (hal) itu tidak bagus" di surat kontrak.